Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dinilai menarik, meskipun sejumlah tantangan masih membayangi. Salah satunya terkait target pra penjualan atau marketing sales tahun 2025.
SMRA membidik marketing sales sebesar Rp 5 triliun pada tahun 2025.
Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai target tersebut sebagai tantangan yang berat. Hal ini mengingat kinerja pra penjualan SMRA di tahun 2024 yang cukup jauh di bawah target.
Sebagai informasi, SMRA membukukan pra penjualan sebesar Rp 4,36 triliun pada tahun 2024, dari target Rp 5 triliun. Realisasi tersebut juga turun 3,32% dibandingkan realisasi tahun 2023 sebesar Rp 4,51 triliun.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Lakukan Transaksi Afilisasi Rp 5 Miliar, Ini Tujuannya
"Ditambah ketidakpastian ekonomi global, meskipun suku bunga baru turun," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/2).
Memang, terdapat sentimen pendukung seperti PPN DTP dan pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral, yang akan menjadi katalis meningkatnya arus masuk ke sektor properti.
Namun demikian, Sukarno menilai bahwa saat ini konsumen masih mencermati kondisi ketidakpastian global dan berharap suku bunga lebih rendah lagi, sehingga bisa membuat konsumen lebih ke wait and see.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh memperkirakan marketing sales SMRA tahun ini diperkirakan sebesar Rp 4,54 triliun atau tumbuh 4,9% secara tahunan (year on year/yoy).
"Ini sejalan dengan pertumbuhan rata-rata tahunan pada periode 2016-2024 sebesar 4,2%," sebutnya.
Analis Maybank Sekuritas Indonesia Kevin Halim melanjutkan, pertumbuhan pra penjualan SMRA telah tertinggal dari perusahaan-perusahaan sejenisnya.
Pra-penjualan 2024 SMRA setara dengan 107% dari level 2019, salah satu yang terendah di antara perusahaan-perusahaan sejenis yang berkisar 106%-184%.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Sambut Baik Perpanjangan Insentif PPN DTP Pembelian Rumah
"Kami mengaitkan kinerja yang buruk ini dengan eksposur SMRA yang relatif rendah terhadap pasar pembeli riil, dimana 53% dari pra penjualan didanai oleh pembayaran KPR, salah satu yang terendah di antara perusahaan sejenis," terangnya.
Meski begitu, pengembangan yang dilakukan SMRA pada Summarecon Bogor, Summarecon Crown Gading, dan pengembangan terbarunya di Summarecon Tangerang terus memberikan kontribusi yang positif. Secara kolektif, proyek-proyek tersebut menyumbang sekitar 40% dari total pra-penjualan, menggarisbawahi pentingnya proyek-proyek tersebut dalam mempertahankan momentum pra-penjualan.
"Ke depannya, kami mengantisipasi kota-kota baru ini akan menjadi pendorong pertumbuhan utama," katanya.
Di sisi lain, Kevin melihat SMRA berfokus pada bisnis pengembangan properti dan pendapatan berulang.
Berdasarkan estimasi kinerja 2024, pendapatan pengembangan properti SMRA menyumbang 69% dari total pendapatan, sementara pendapatan berulang menyumbang 31% dari total pendapatan.
Ia memperkirakan ini akan meningkat menjadi 46% pada 2026, tertinggi kedua di sektor ini setelah PWON.
"SMRA memiliki rekam jejak yang kuat dalam bisnis investasi karena semua mal-mal andalannya di Kelapa Gading, Serpong, dan Bekasi telah mencapai tingkat hunian lebih dari 90%," paparnya.
Sementara untuk tahun ini, Ismail memperkirakan pendapatan berulang SMRA bahkan bisa berkontribusi hinnga 42% dari total pendapatan 2025.
Baca Juga: SMRA Kantongi Rp 90 Miliar dari Penjualan Ruko Quantum Commercial Summarecon Serpong
Ia juga menyukai bauran harga portofolio produknya di rentang Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar, yang melayani permintaan pengguna akhir tingkat pemula untuk rumah tapak di Jabodetabek.
Karenanya, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rating buy SMRA dengan target harga Rp 800. Maybank Sekuritas Indonesia juga memberikan rating buy SMRA dengan target harga Rp 630.
Sementara Kiwoom Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi hold SMRA dengan target harga Rp 460.
"Namun strategi untuk saat ini lebih ke wait and see karena belum ada indikasi sinyal yang kuat untuk dilakukan buy," tutup Sukarno.
Selanjutnya: Transaksi Jumbo di Pasar Negosiasi, GIC Jual Seluruh Kepemilikannya di EMTK & BUKA
Menarik Dibaca: Ajak Perempuan Hijab Terapkan Gaya Hidup Sehat, Nivea Hijab Run 2025 Sukses Digelar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News