Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) pada tahun-tahun mendatang tergolong cerah. Ada berbagai sentimen positif yang akan mendorong setiap segmen bisnisnya.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya memprediksi, aktivitas manufaktur domestik akan meningkat pada 2023 seiring dengan semakin terkendalinya kasus Covid-19.
Hal ini akan menguntungkan AKRA dari sisi pendapatan kawasan industri karena perusahaan akan kian yakin untuk melakukan ekspansi.
Baca Juga: Bisnis Menggiurkan, SPBU Swasta Bakal Makin Menjamur
Untuk segmen bisnis perdagangan dan distribusi kimia dasar, faktor pendorongnya berasal dari semakin berkembangnya produksi baterai serta tingginya permintaan dari smelter nikel dan alumina.
"Hal ini akan turut meningkatkan permintaan produk kimia AKR," kata Cheril saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (8/12).
Sementara itu, untuk segmen bisnis perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak (BBM), Cheril melihat pendapatannya akan tetap meningkat. Akan tetapi, kenaikannya tidak akan terlalu signifikan seperti tahun 2022.
Harga minyak mentah diproyeksi naik di kisaran US$ 90 per barel. Pasalnya, meski ada potensi pelemahan permintaan minyak global, OPEC akan fleksibel dan proaktif untuk menstabilkan kapasitas produksinya. Masyarakat juga menilai, BBM dengan oktan tinggi yang didistribusikan AKR-BP menarik.
Cheril merekomendasikan buy saham AKRA dengan target harga Rp 1.450 per saham. Pada perdagangan Kamis (8/12), AKRA terkoreksi 1,09% ke level Rp 1.360 per saham.
Dalam riset tanggal 10 Oktober 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga merekomendasikan buy AKRA. Ia menetapkan target harga Rp 1.800 per saham.
Hasan melihat, segmen bisnis perdagangan dan distribusi kimia dasar AKRA punya prospek yang solid dengan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan lebih banyaknya proyek smelter nikel High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Indonesia yang bakal rampung di 2024-2025.
Asal tahu saja, smelter HPAL mengolah bijih limonit melalui metode hidrometalurgi yang membutuhkan asam sulfat selama proses pelarutan. Sejauh ini, ada dua smelter HPAL yang beroperasi di Indonesia, yaitu milik Harita Group dengan kapasitas 36 ribu ton nikel dan Huayou dengan kapasitas 60 ribu ton nikel.
Saat ini, kontribusi asam sulfat terhadap total penjualan bahan kimia AKRA masih minimal.
"Akan tetapi, kami memperkirakan kontribusi yang signifikan karena permintaan asam sulfat akan tumbuh secara eksponensial dengan selesainya proyek HPAL," ungkap Hasan.
Lebih lanjut, segmen bisnis kawasan industri JIIPE di Gresik, Jawa Timur juga mempunyai prospek cerah. Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo memprediksi, JIIPE berpotensi menjadi salah satu kontributor pendapatan terbesar AKRA.
Pada tahun ini, AKRA sudah berhasil mencapai target penjualan lahan, yakni sebesar 40 hektare. Penjualan lahan seluas 3,7 hektare tercapai pada semester 1 dan sekitar 37 hektare pada kuartal IV-2022.
Baca Juga: Prospek Saham Energi Masih Licin
Manajemen AKRA berharap dapat memperoleh Rp 900 miliar-Rp 1,1 triliun dari penjualan lahan di kawasan industri, serta dari sewa tanah dan utilitas pada tahun 2022.
Menurut Andrew, kepemilikan lahan PT Freeport Indonesia di kawasan industri ini juga akan menjadi daya tarik tersendiri. Saat ini, Freeport Indonesia memiliki 185 hektare lahan JIIPE.
Seluas 103 hektare tengah dikembangkan untuk smelter tembaga. Progresnya sudah mencapai 40% dan ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2024.
"Setelah pembangunan smelter selesai, AKRA berharap dapat menarik industri terkait tembaga lainnya dan industri berbasis asam sulfat," ucap Andrew dalam risetnya tanggal 31 Oktober 2022.
Pada tahun 2025, AKRA menargetkan laba kotor JIIPE dapat mencapai sekitar 30% dari total laba kotor perusahaan. Hal ini menjadikan JIIPE sebagai kontributor terbesar kedua setelah segmen perdagangan dan distribusi.
Segmen utilitas juga diproyeksi dapat berkontribusi 6%-9% dari total laba kotor perusahaan seiring dengan lebih banyaknya penyewa di kawasan industri ini. JIIPE saat ini juga sedang melakukan studi untuk mempunyai distribusi gas olahan yang berpotensi meningkatkan pendapatan utilitas AKRA di masa depan.
Andrew mempertahankan rekomendasi buy AKRA dengan target harga Rp 1.750 per saham. Sebagai pemimpin pasar di perdagangan dan distribusi BBM, kinerja AKRA pada 2022 meningkat berkat rally harga komoditas dan margin yang lebih tinggi pada kuartal III-2022.
Sepanjang sembilan bulan pertama 2022, AKRA membukukan total pendapatan Rp 34,6 triliun, meningkat 100,5% secara tahunan. Pendapatan dari perdagangan dan distribusi BBM mencapai Rp 26,8 triliun alias meningkat 114,1% secara tahunan didukung oleh peningkatan rata-rata harga jual, dari Rp 8.000 per liter pada Januari-September 2021 menjadi Rp 12.000 per liter pada Januari-September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News