Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Prospek emiten sektor pakan ternak diprediksi masih cerah di tahun depan. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging ayam dan telur yang makin tinggi akan mendorong permintaan pakan ternak. Dus, kinerja emiten sektor pangan ternak pun akan terdongkrak.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan yang masih cukup tinggi juga akan menopang kinerja emiten pakan ternak.
Kepala Riset Sucorinvest Central Gani, Arief Budiman bilang, saat ini, konsumsi daging ayam nasional baru sekitar 5,6 kilogram (kg) per kapita, masih tergolong rendah di kawasan ASEAN. Bandingkan dengan konsumsi daging ayam di Malaysia sebanyak 37,3 kg per kapita.
Kalau konsumsi daging main tinggi, produksi ayam pun bakal naik. Otomatis, produksi pakan ternak pun juga naik. Tahun ini, produksi ayam hidup dan ayam day old chicks (DOC) diperkirakan mencapai 1,5 miliar ekor. Adapun produksi pakan ternak diprediksi sebanyak 9,7 juta ton di 2012.
Arief memprediksi, dalam lima tahun ke depan produksi ayam nasional bisa menjadi 3,15 miliar ekor per tahun dengan produksi pakan ternak sebanyak 15,7 juta ton.
Analis Mega Capital Indonesia, Arief Fahruri menyarankan investor memilih emiten yang rajin ekspansi dan memiliki kas kuat, misalnya PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). Meeka juga meningkatkan kapasitas total produksi pabrik di Serang Banten dan Gresik Jawa Timur menjadi 610.000 ton per tahun. Akhir 2012, MAIN juga menjajal bisnis makanan olahan. Tahun depan, mereka akan menjajal bisnis pakan ikan dan udang.
Ia memprediksi, pendapatan dan laba bersih MAIN di tahun depan, masing-masing akan naik menjadi Rp 4,2 triliun dan Rp 381 miliar.
Hingga September 2012 penjualan MAIN naik 28,38% menjadi Rp 2,52 triliun dibandingkan periode yang sama 2011. Laba bersihnya naik 75,71% jadi Rp 267,10 miliar.
Catatan penting lain, pertumbuhan rata-rata (CAGR) Malindo sebesar 18,7%, paling tinggi dari emiten lain seperti CAGR CPIN dan JPFA yang masing-masing hanya 11% dan 4,4%.
Analis OSK Nusadana Securities Indonesia Yuniv Trenseno melihat,fluktuasi harga impor bahan baku gandum dan ampas kedelai menjadi satu kendala produsen. "Ini bisa disiasati dengan sistem penyimpanan," katanya.
Yuniv menyarankan investor untuk mencermati saham CPIN. Menurut dia, sebagai pemimpin pasar, kemampuan emiten ini mencetak laba dan ekspansi lebih tinggi. Ia memprediksi, tahun depan, pendapatan CPIN bakal naik 16,44% menjadi Rp 25,5 triliun, dari target pendapatan tahun ini sebesar Rp 21,9 triliun. Sementara laba bersih di 2013 akan tumbuh 16,6% menjadi menjadi Rp 3,5 triliun dari target tahun ini Rp 3 triliun.
Memang, rasio harga saham berbanding laba bersih per saham (PER) CPIN dengan target harga Rp 3.650, sudah mencapai 16,8 kali. Sementara PER MAIN hanya dibawah 10 kali. Tapi, prospek usaha CPIN masih bagus.
Tapi, Arief Budiman bilang, rata-rata fundamental emiten pakan ternak tergolong baik. Berikut rekomendasi saham emiten produsen pakan ternak dari para analis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News