kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.966.000   6.000   0,31%
  • USD/IDR 16.765   92,00   0,55%
  • IDX 6.749   26,11   0,39%
  • KOMPAS100 973   5,13   0,53%
  • LQ45 757   3,47   0,46%
  • ISSI 214   1,25   0,59%
  • IDX30 393   1,62   0,42%
  • IDXHIDIV20 470   -0,32   -0,07%
  • IDX80 110   0,74   0,67%
  • IDXV30 115   -0,27   -0,24%
  • IDXQ30 129   0,23   0,18%

Prospek Emiten Baja Terancam Meredup Akibat Ancaman Impor Baja Murah


Selasa, 29 April 2025 / 17:33 WIB
Prospek Emiten Baja Terancam Meredup Akibat Ancaman Impor Baja Murah
ILUSTRASI. Langkah emiten-emiten produsen baja untuk meningkatkan kinerja keuangannya tampak menemui sejumlah tantangan. REUTERS/Lee Jae-Won


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah emiten-emiten produsen baja untuk meningkatkan kinerja keuangannya tampak menemui sejumlah tantangan, seperti ancaman impor baja murah dari China yang erat kaitannya dengan ketidakpastian perang tarif.

Merujuk data The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), konsumsi baja nasional diperkirakan mencapai 19,3 juta ton pada 2025 atau naik 3,8% dibandingkan realisasi konsumsi tahun 2024. Hal ini mempertimbangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran 5% pada 2025.

Walau demikian, tingginya konsumsi baja nasional belum bisa diimbangi oleh kemampuan produksi dalam negeri. Sebab, kapasitas produksi baja nasional baru mencapai 17 juta ton per tahun, sehingga ada gap yang perlu diisi oleh baja impor.

Baca Juga: IHSG Menguat, Cek Rekomendasi Teknikal ADMR, BUKA, dan BBNI Untuk Rabu (30/4)

Sayangnya, kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang memicu perang tarif dengan China dapat berdampak negatif bagi kelangsungan industri baja nasional. Dalam hal ini, bukan tidak mungkin China akan mengalihkan produk-produk bajanya ke negara lain, termasuk Indonesia, lantaran kesulitan untuk menembus pasar AS. Bahkan, bukan mustahil pula China menerapkan praktik dumping atas ekspor produk baja.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menyampaikan, ancaman impor baja murah dari China memang menjadi tantangan serius bagi emiten-emiten produsen baja lokal. Apalagi, produksi baja dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga Indonesia masih memiliki ketergantungan terhadap baja impor.

“Praktik dumping baja murah dapat menekan harga pasar domestik yang pada akhirnya akan menggerus margin keuntungan emiten-emiten baja,” ujar dia, Jumat (29/4).

Dia melanjutkan, jika tidak ada langkah protektif dari pemerintah, seperti penerapan bea masuk anti-dumping atau penguatan Standar Nasional Indonesia (SNI), maka kelangsungan kinerja emiten baja dapat terancam dalam jangka panjang.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan, kondisi ekonomi global yang terancam melemah juga bisa menjadi sentimen negatif bagi emiten-emiten baja.

Sentimen seperti ini bisa saja berdampak pada melesetnya proyeksi konsumsi baja nasional hingga berkurangnya permintaan ekspor, sehingga kinerja emiten produsen baja terancam mengalami kontraksi.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,39% ke Level 6.749 pada Penutupan Perdagangan Selasa (29/4)

Seperti yang diketahui, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 menjadi 2,8% atau turun 0,5 poin persentase dari proyeksi yang dilakukan pada Januari lalu. IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7% pada 2025 dan 2026.

“Jadi memang ketidakpastian global akan menjadi tantangan bagi emiten baja lokal,” kata dia, Minggu (27/4).

Para analis sepakat, emiten-emiten baja pada dasarnya tetap bisa memaksimalkan permintaan baja di dalam negeri, terutama dari sektor konstruksi.

Hal ini didukung oleh maraknya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, termasuk proyek IKN Nusantara, yang akan mengangkat permintaan berbagai produk baja. Ambisi pemerintah yang ingin menyukseskan program tiga juta rumah juga dapat menjadi sentimen positif bagi kelangsungan usaha emiten baja.

Selain itu, emiten produsen baja juga bisa mengintip peluang dari sektor otomotif, mengingat penjualan mobil nasional pada 2025 diperkirakan mencapai 900.000 unit. Belum lagi, Indonesia juga mulai mengembangkan kendaraan listrik yang tentu akan memacu pertumbuhan konsumsi baja.

Dihubungi terpisah, Corporate Secretary PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (IISP) Johannes Edward mengatakan, pihaknya tetap optimistis dapat mengejar target pertumbuhan laba bersih sekitar 10% pada 2025 meski industri baja cukup menantang. 

Baca Juga: IHSG Dibuka Menguat pada Selasa (29/4) Pagi, MDKA, ACES, AMRT jadi Top Gainers LQ45

Optimisme ini didukung oleh sejumlah faktor utama. Salah satunya adalah pertumbuhan sektor konstruksi yang tidak hanya didorong oleh proyek pemerintah, melainkan juga oleh inisiatif sektor swasta terutama di bidang properti, energi, dan pengembangan kawasan industri.

Selain itu, IISP juga berinisiatif melakukan diversifikasi produk dan aktif dalam meluncurkan varian baru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar yang lebih spesifik.

“Kami juga meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi yang akan memperkuat daya saing IISP di pasar,” kata dia, Sabtu (29/4).

Lebih lanjut, Ekky meyakini fokus utama emiten baja saat ini adalah meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi guna memenuhi kebutuhan domestik. Adapun ekspansi ke produk baja bernilai tambah akan menjadi prioritas jangka menengah.

Dia pun menyebut, para investor bisa melakukan pembelian saham emiten baja seperti PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) di level Rp 115-Rp 120 per saham dengan target trading jangka pendek di kisaran Rp 140-Rp150 per saham. Ia juga merekomendasikan akumulasi beli saham IISP di area Rp 270-Rp 280 per saham dengan target harga di level Rp 320 per saham.

Selanjutnya: 21 Emiten Rencanakan Buyback Saham Tanpa RUPS, Realiasinya Baru 2,87%

Menarik Dibaca: Ketika BaZi Menjadi Alat Baca Diri di Era Sains dan Teknologi, Ini Penjelasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×