Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Segmen bisnis downstream atau segmen hilir mendorong kinerja PT Elnusa Tbk (ELSA) positif pada tahun lalu. Analis memproyeksikan, tahun ini, ELSA masih bisa mencatatkan kinerja positif seiring dengan perbaikan harga minyak mentah.
ELSA membukukan pendapatan setahun penuh 2017 mencapai Rp 4,98 triliun, naik 38% year on year (yoy). Inav Haria Chandra, analis PT OCBC Sekuritas Indonesia mengatakan, kinerja ELSA setahun lalu tercatat positif karena didukung segmen downstream.
Ternyata kinerja ELSA mulai beranjak naik sejak kuartal II 2017 berlanjut hingga kuartal IV 2017. Yuni, analis NH Korindo Sekuritas Indonesia mencatat pertumbuhan pendapatan ELSA pada triwulan kedua 2017 sebesar 29,3% dan triwulan ketiga 2017 sebesar 63%.
Menurut Inav, pertumbuhan kinerja didukung oleh semua lini bisnis di segmen downstream. Salah satu sentimen positif yang membuat segmen ini bertumbuh adalah stabilnya pertumbuhan SPBU. Dengan bertambahnya SPBU maka kegiatan di segmen downstream seperti manajemen distribusi transportasi BBM ke SPBU volumenya jadi bertambah.
"Bertambahnya SPBU di Indonesia cukup stabil makanya segmen downstream setiap tahun bisa naik 10%," kata Inav.
Tahun ini, Inav memproyeksikan kinerja ELSA tidak hanya akan ditopang dari segmen hilir, melainkan segmen hulu atau upstream didukung kenaikan harga minyak. Ia memproyeksikan harga minyak jenis West Texas Intermediete (WTI) pada tahun ini bisa di atas US$ 65 per barel. "Kenaikan harga minyak didukung dengan masih defisitnya minyak secara global," paparnya.
Dengan kenaikan harga minyak, berarti perusahaan migas di Indonesia memiliki cash flow yang bisa digunakan untuk mengembangkan kegiatan di segmen hulu seperti seismic data dan drilling. "Dengan harga minyak yang mendukung, manajemen mengatakan tetap yakin segmen hulu akan kembali menguntungkan di akhir tahun ini," kata Inav. Sebelumnya, ia mencatat segmen hulu ELSA setahun lalu sempat rugi Rp 10 miliar.
Senada, Yuni menyebut, harga minyak yang membaik bisa memacu aktivitas eksplorasi minyak dan gas Indonesia. Ia memproyeksikan kegiatan hulu Pertamina akan lebih aktif seiring dengan banyaknya blok minyak dan gas di Indonesia yang kontraknya akan berakhir tahun ini. Hal ini memungkinkan Pertamina sebagai induk perusahaan ELSA memperoleh lebih banyak kontrak mengelola blok minyak dan gas. "Tentu berdampak positif pada ELSA sebagai anak perusahaan Pertamina untuk menikmati pertumbuhan fantastis tahun 2018," kata Yuni dalam riset 27 Februari 2018.
Secara garis besar, kinerja ELSA pada tahun ini akan didukung dari perolehan kontrak baru yang lebih tinggi dari perkiraan, perbaikan margin untuk bisnis hilir dan perbaikan arus kas dari harga minyak yang lebih tinggi.
Namun, sentimen negatif bisa datang dari harga minyak yang secara tiba-tiba turun. Meski demikian, Inav optimistis dalam kondisi saat ini harga minyak tidak akan turun.
Inav memproyeksikan pendapatan ELSA tahun ini bisa meningkat 7% mencapai Rp 5,17 triliun. Sedangkan, laba bersih berpotensi mencapai Rp 335 miliar akhir 2018. Ia merekomendasikan buy saham ELSA dengan target harga Rp 750 per saham.
Sementara, Yuni memprediksikan pendapatan ELSA bisa mencapai Rp 5,73 triliun atau naik 15,2%. Sementara laba bersih bisa naik menjadi Rp 444 miliar. Ia merekomendasikan buy dengan target harga Rp 625 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News