kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proses migrasi jaringan Link Net (LINK) mencapai 55%


Rabu, 01 Desember 2021 / 10:02 WIB
Proses migrasi jaringan Link Net (LINK) mencapai 55%
ILUSTRASI. layanan tv kabel; televisi tv berbayar dan internet LinkNet dari grup First Media. Dok Link net


Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program migrasi jaringan PT Link Net Tbk (LINK) terus berjalan. Ke depan, semua jaringan internet milik perusahaan bakal beralih menggunakan tiang atawa pole milik sendiri.

Marlo Budiman, Presiden Direktur & CEO LINK menyebut, proses migrasi yang dimulai sejak 2020 berjalan sesuai jadwal. "Hingga November kemarin, kami telah merampungkan proses migrasi 55%," ujarnya, Rabu (1/12).

Asal tahu saja, jaringan LINK selama ini menumpang pole ICON+ milik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sepanjang 2020, LINK telah memindahkan 65.100 jaringan dari pole ICON+. LINK menargetkan mampu mengalihkan 200.000 jaringan tahun ini.

LINK juga menargetkan dapat memindahkan 100.000 jaringan selama periode Januari 2022 hingga Mei 2022. Ini merupakan tenggat waktu terakhir migrasi jaringan yang manajemen LINK targetkan.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) raih kenaikan pendapatan US$ 2,56 miliar berkat harga batubara

Migrasi perlu dilakukan untuk efisiensi beban sewa. Dengan asumsi LINK mampu merealisasikan 200.000 jaringan tahun ini, maka perusahaan mampu menghemat biaya sewa pole Rp 160 miliar, setara sekitar 3,6% pendapatan kotor perusahaan.

Untuk mempercepat proses migrasi, LINK menggandakan personel yang bertugas memindahkan jaringan dari 150 kelompok di kuartal satu tahun ini menjadi 300 kelompok di kuartal tiga kemarin. Cuma memang, proses migrasi juga butuh biaya, terutama untuk biaya kompensasi untuk mempercepat proses perizinan.

Meski begitu, biaya tersebut tak sampai membebani kinerja keuangan. LINK masih memiliki operating cashflow senilai Rp ,34 triliun sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. "Untuk periode yang sama, posisi net cash kami sebesar Rp 426 miliar," terang Marlo. 

Di tengah biaya yang perlu dikeluarkan untuk proses migrasi, LINK juga masih mampu mencatat kenaikan EBITDA 9,3% secara tahunan dan 2,6% secara kuartalan menjadi Rp 632 miliar kuartal tiga kemarin. "Ini sejalan dengan ekspektasi kami," imbuh analis CGS CIMB Sekuritas Willy Suwanto.

Baca Juga: Ini penyebab Campina Ice Cream yakin target pendapatan Rp 1 triliun dapat tercapai

Tantangan yang LINK hadapi saat ini adalah, kenaikan churn rate. Churn rate merupakan tingkat yang mengukur banyaknya pelanggan yang berhenti menggunakan produk milik perusahaan.

Pada kuartal tiga kemarin, churn rate LINK mencapai 3,4%. Jika diakumulasikan sejak awal tahun, churn rate mencapai 3,1%.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×