Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Aksi ambil untung atau profit taking menyandung langkah rupiah. Di pasar spot, Selasa (6/6) valuasi rupiah melorot 0,14% ke level Rp 13.297 per dollar AS dibanding hari sebelumnya.
Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia, kurs rupiah menguat tipis cenderung konsolidasi 0,01% di level Rp 13.285 per dollar AS.
Lukman Leong, Research and Analyst PT Valbury Asia Futures menuturkan, tidak banyak faktor yang sebenarnya menekan rupiah. Hanya saja memang penguatan yang signifikan di perdagangan sebelumnya berimbas pada aksi profit taking yang terjadi. Maka wajar rupiah mengalami pelemahan.
“Hanya saja rentang pergerakan sebenarnya bisa dibilang sempit dan dalam koridor terbatas antara Rp 13.280 – Rp 13.350 per dollar AS, daya tahan yang kuat bagi rupiah itu datang dari fundamental yang stabil,” tutur Lukman. Memang, saat ini belum ada katalis ekonomi terbaru dari dalam negeri, pasar sedang menanti rilis indeks kepercayaan konsumen dan cadangan devisa beberapa hari mendatang.
Meski demikian, sajian data ekonomi Indonesia terhitung memuaskan. Apalagi ditambah dengan kenaikan harga minyak mentah yang terjadi, efeknya jelas positif bagi mata uang berbasis komoditas termasuk rupiah.
“Namun penting diingat juga, level sekarang ini adalah level nyaman Bank Indonesia, walaupun kalau berkaca dari data fundamental, rupiah bisa lebih kuat dari saat ini,” imbuh Lukman.
Maka ia menduga bukan tidak mungkin rupiah akan memiliki tenaga untuk kembali membalikkan arah. Dengan catatan rentangnya akan tetap terbatas. Itu pun jika benar data indeks kepercayaan konsumen Indonesia Mei 2017 tumbuh positif seperti perkiraan pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News