Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat penurunan produksi batubara pada paruh pertama tahun ini. Tercatat, produksi batubara ADRO sebesar 26,5 juta ton atau turun 2,9% secara year on year. Selain itu, emiten batubara ini mencatatkan penurunan penjualan sebesar 4,9% yoy menjadi 25,8 juta ton.
Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya dalam risetnya pada 26 Agustus menuliskan, penurunan produksi ADRO di semester I-2021 disebabkan curah hujan yang tinggi, sehingga, produktivitas terhambat dan tidak maksimal. Walau begitu, produksi tersebut masih inline dengan guidance manajemen yang sebesar 52-54 juta ton.
Lebih lanjut, Timothy melihat, diversifikasi bisnis ADRO telah membuatnya berhasil menurunkan cash cost di mana melalui anak perusahaannya, yakni Adaro services dan Adaro logistics.
“Kami melihat bahwa, integrasi ini menjadi salah satu faktor rendahnya cash cost, yang menjadikan cash cost ADRO sebagai salah satu yang terendah di antara peers. Kami juga melihat ada ruang penurunan cash cost ke depannya, melalui penggunaan biodiesel yang dapat mengurangi ketergantungan pada diesel,” tulis Timothy dalam risetnya.
Baca Juga: Getol diversifikasi, simak rekomendasi saham Adaro Energy (ADRO)
Memasuki paruh kedua tahun ini, Timothy melihat, ADRO baru akan merasakan kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA). Hal ini lantaran ADRO mengimplementasikan kontrak jangka panjang pada penjualan batubara dengan harga jual yang dinegosiasi secara reguler dalam jangka waktu tertentu, di mana harga akan mengacu pada harga trailing average 3-6 bulan ke belakang.
Oleh karena itu, penjualan pada kuartal III dan IV akan menggunakan rerata harga batubara acuan pada kuartal sebelumnya. Hingga bulan Agustus, HBA tercatat di US$ 130,9 per ton (+72,7% YoY), dengan trailing average, maka harga tersebut akan direalisasikan oleh perseroan 3 bulan setelahnya.
Menurut Timothy, hal tersebut akan mendorong ASP ADRO untuk terus meningkat hingga akhir tahun, seiring dengan harga historis HBA yang meningkat secara berturut-turut sejak Maret 2021. Hal ini juga akan bertranslasi pada peningkatkan performa keuangan ADRO pada semester II-2021.
Selain itu, ADRO juga akan segera memiliki PLTU baru melalui Bhimasena Power Indonesia (BPI), yang merupakan JV dari Adaro, Itochu, dan JPower. PLTU ini diperkirakan akan segera beroperasi pada akhir 2021 atau awal 2022. BPI akan menyerap 7-8 Juta ton batubara per tahun, di mana ADRO akan menyuplai sekitar 70% dari total kebutuhan. Artinya, ADRO dapat menjual sekitar 6,7 Juta ton batubara setiap tahunnya kepada BPI, dan juga 2 PLTU lainnya milik perseroan.
“Hal tersebut menjadi katalis positif bagi ADRO karena kewajiban DMO dapat dipenuhi sebagian dengan kontrak jangka panjang dengan 3 PLTU tersebut. Lalu, ADRO juga mendapat keuntungan dari JV, sekaligus mengurangi eksposur terhadap volatilitas dari harga batubara,” imbuh Timothy.
Dengan berbagai katalis positif tersebut, Panin Sekuritas pun memberikan rekomendasi beli saham ADRO dengan target harga Rp 1.600 per saham yang mengimplikasikan PB 0,8x di 2021.
Selanjutnya: Adaro Energy (ADRO) catatkan kenaikan EBITDA sebesar 36% pada semester I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News