Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi minyak mentah Amerika Serikat akhirnya mencapai 11 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya dalam sejarah. Departemen Energi AS, Rabu (18/7), mengumumkan peningkatan produksi sepanjang pekan lalu kian terdorong oleh ledakan output minyak shale yang masih berlangsung sampai saat ini.
Seiring dengan data produksi minyak sepanjang pekan lalu tersebut, AS pun kini berada menjadi negara kedua produsen minyak mentah terbesar di dunia, setelah Rusia. Hingga awal Juli, Rusia masih menempati posisi pertama lantaran tingkat produksinya mencapai 11,2 juta bph.
“Sebelas juta sebenarnya menjadikan AS produsen terbesar di dunia, tetapi ternyata produksi Rusia pada bulan Juni berada masih di atas 11 juta. Jadi, ini persaingan ketat macam lomba ruang angkasa saja,” kata Sandy Fielden, Direktur Penelitian Komoditas dan Energi di Morningstar, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/7).
Seperti yang diketahui, AS terus menggenjot produksinya hampir sebanyak 1 juta bph sejak November. Produksi terus bertambah seiring dengan pengeboran minyak shale yang masif.
Kemarin, Administrasi Informasi Energi (EIA) AS merilis persediaan minyak mentah meningkat 5,8 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 13 Juli lalu. Angka ini melampaui perkiraan analis yang memproyeksi persediaan justru akan turun sebesar 3,6 juta barel.
Harga minyak West Texas Intermediate pun kemarin sempat tergerus ke level US$ 67,54 per barel.
Namun, laporan ini muncul di tengah adanya kekhawatiran terhadap kendala infrastruktur yang berpotensi menghambat produsen menyetorkan minyak ke pasar, serta membatasi produksi.
Analis Morgan Stanley mengatakan baru-baru ini terdapat kendala pipa di Texas Barat yang dapat membatasi pertumbuhan produksi di tahun 2019. Menurut analis, produksi minyak shale di Permian tersebut memiiki kapasitas pipa yang cukup besar yakni 3,56 juta bph untuk saat ini.
"Saya pikir produksi tidak akan terus stabil di 11 juta bph. Produksi memang sangat diharapkan tumbuh di atas 11 juta, tapi kita tidak akan melampaui itu," kata Scott Shelton, seorang broker di ICAP di Durham, Carolina Utara.
Adapun, meski produksi terus meningkat, AS sebagai konsumen utama minyak dunia masih bergantung pada impor. Impor minyak mentah AS sepanjang pekan lalu masih mengalami kenaikan sekitar 2,2 juta bph menjadi 9 juta bph.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News