CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.509.000   -5.000   -0,33%
  • USD/IDR 15.905   -55,00   -0,35%
  • IDX 7.047   -67,28   -0,95%
  • KOMPAS100 1.072   -14,11   -1,30%
  • LQ45 844   -12,96   -1,51%
  • ISSI 217   -0,77   -0,35%
  • IDX30 431   -7,34   -1,67%
  • IDXHIDIV20 519   -7,43   -1,41%
  • IDX80 123   -1,72   -1,38%
  • IDXV30 127   0,06   0,05%
  • IDXQ30 144   -1,74   -1,19%

Produksi menyusut, harga nikel melaju


Selasa, 08 Desember 2015 / 08:37 WIB
Produksi menyusut, harga nikel melaju


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Setelah mencuat isu pemangkasan produksi, harga nikel mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak hampir dua bulan terakhir. Namun rencana kenaikan suku bunga The Fed berpeluang menggerus harga nikel akhir tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (7/12), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,8% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu menjadi US$ 9.050 per metrik ton.

Selama sepekan, harga nikel menanjak 1,68%. Harga nikel naik setelah salah satu produsen nikel, Eramet SA berencana mengakhiri produksi nikel matte di Kaledonia Baru lantaran rendahnya harga jual.

Sebelumnya para produsen China setuju memangkas produksi nikel minimal 20% tahun depan. "Serangkaian laporan tentang pemotongan produksi telah meningkatkan sentimen pasar," ujar Hu Ziqi, analis nikel BOC International Futures Co kepada Bloomberg.

Di sisi lain, Morgan Stanley dan Goldman Sachs menduga, pemangkasan produksi tidak otomatis bisa mengangkat harga dan mengeringkan pasokan. Maklum, permintaan nikel belum pulih.

Pengamat Komoditas SoeGee Futures Ibrahim mengatakan, pemangkasan produksi memang perlu, di tengah harga nikel yang terus tertekan. Perlambatan ekonomi menyebabkan permintaan nikel China terus berkurang.

"Oleh karena itu, banyak negara produsen yang mengurangi produksi," ungkap Ibrahim.

Untuk meningkatkan ekonomi, Tiongkok terus menggelontorkan stimulus moneter, meskipun dampaknya belum terasa signifikan. Indeks manufaktur Negeri Panda bulan November masih berada di bawah angka 50 meski sedikit membaik.

Ibrahim menduga, China akan kembali memberikan stimulus. Di sisi lain, kenaikan suku bunga Bank Sentral AS akhir tahun ini menjadi tantangan bagi nikel. Prediksi Ibrahim, harga nikel bakal bergerak di rentang US$ 8.000 per metrik ton.

Sebaliknya, jika kenaikan suku bunga ditunda, nikel bisa melaju ke US$ 9.500 per metrik ton. Tahun depan Ibrahim optimistis, harga nikel akan membaik. Apalagi, tak hanya China yang terus mendorong ekonomi dengan stimulus, tapi juga Eropa.

Jika ekonomi Negeri Tembok Raksasa dan Eropa membaik, maka permintaan nikel berpeluang naik. Ibrahim memperkirakan, di semester pertama 2016, harga nikel bisa menyentuh US$ 10.000 per metrik ton.

Secara teknikal Ibrahim melihat, harga nikel berpeluang naik dalam jangka pendek. Indikator bollinger band dan moving average 60% di atas bollinger bawah yang mengindikasikan potensi pelemahan.

Namun stochastic, moving average convergence divergence (MACD) serta relative strength index (RSI) 60% positif sehingga peluang naik lebih besar. Pada Selasa (8/12) Ibrahim menduga, nikel akan menguat dan bergerak di rentang US$ 9.040–US$ 9.110 per metrik ton.

Dalam sepekan ke depan, harga di kisaran US$ 9.030–US$ 9.250 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×