kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Produksi meningkat, harga gas alam melempem


Kamis, 12 Juli 2012 / 06:58 WIB
Produksi meningkat, harga gas alam melempem
ILUSTRASI. Logo World Bank pada International Monetary Fund - World Bank Annual Meeting 2018 di Nusa Dua, Bali, Indonesia.


Reporter: Marantina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Peningkatan produksi gas di Amerika Serikat membuat harga gas alam turun. Analis pun yakin harga jual gas alam masih akan melemah dalam waktu dekat.

Harga gas di New York Mercantile Exchange pengiriman Agustus turun 1,2% ke US$ 2,77 per million British Thermal Units (MMBTU). Ini juga menjadi harga terendah sejak 25 Juni.

Departemen Energi AS menyampaikan dalam laporan bulanan energi outlook jangka pendek produksi rata-rata gas AS naik. Yaitu dari mencapai 69,98 juta kaki kubik (MMCF) per hari pada tahun ini. Angka ini lebih tinggi dari prediksi bulan lalu 68,47 MMCF.

Sementara itu, cuaca diprediksi sejuk sehingga memberi sinyal permintaan menurun. Commodity Weather Group LLC memperkirakan cuaca yang sedang saja akan menggantikan temperatur yang panas di beberapa daerah di AS pada 20 – 24 Juli.

“Pasar merasa level US$ 3 merupakan level ajaib. Padahal tidak begitu,” ujar Teri Viswanath, Director of Commodities Strategy BNP Paribas di New York seperti dikutip Bloomberg.

Pembangkit listrik yang menggunakan tenaga gas mulai melambat. Sebab biaya produksi pembangkit listrik tenaga gas meningkat. Bahkan bisa sampai tahun depan. Sedangkan pasokan batubara meningkat. Ini memicu pembangkit listrik berbahan bakar batubara meningkat.

Ariana Nur Akbar, analis Monex Investindo Futures, menuturkan pelemahan masih akan berlanjut. Sentimen positif yang diharapkan pasar ialah hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Pasar berharap hasil pertemuan tersebut bisa menelurkan kebijakan yang pro pertumbuhan yaitu dengan adanya stimulus.

Namun menurut Ariana stimulus lanjutan tidak bisa diharapkan lagi. Karena itu, dia memproyeksi harga gas dan komoditas lain akan merosot.
Secara teknikal, indikator menunjukkan tren pelemahan masih berlanjut. Indikator stochastic menunjukkan sinyal lemah pada level di bawah 20%.

Begitu juga, Moving Average Convergence Divergence (MACD) yang berada pada level -0,076. “Prediksi saya, selama sepekan gas alam bisa melemah lagi hingga level US$ 2,562,” ramal Ariana.

Kiswoyo Adi Joe, analis Askap Futures, pun tidak yakin harga gas bisa menyentuh level US$ 3 per MMBTU dalam waktu dekat. Ia menduga harga gas baru akan meningkat ke level tersebut dalam waktu 3-6 bulan. “Kalau bulan ini gas alam masih sideways di kisaran US$ 2 – US$ 3,” proyeksi Kiswoyo. Dia bilang ini lebih disebabkan faktor permintaan dan suplai yang tidak seimbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×