Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjadi salah satu emiten yang mengalami penurunan kinerja operasional sepanjang semester pertama 2022.
Pada paruh pertama 2022, tambang ITMG dilanda cuaca yang buruk dan curah hujan yang tinggi. Hal ini menyebabkan penurunan produksi batubara sebesar 12% secara tahunan (YoY) menjadi 7,7 juta ton. Angka ini hanya mencapai 44% dari target produksi yang dipasang ITMG.
Namun, Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai, produksi ITMG akan membaik di sisa tahun ini. Sehingga, dalam pandangan Hasan, ITMG dapat memenuhi target produksinya. Ini karena produksi ITMG pada kuartal kedua 2022 mampu mencapai 3,9 juta ton, atau di atas target yang dipasang manajemen ITMG, yakni sebesar 3,8 juta ton.
“Hasilnya, kami yakin ITMG dapat mencapai target produksi 2022 yang dipasang, yakni sebesar 18 juta ton,” tulis Hasan dalam riset, Selasa (6/9).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Indo Tambangraya (ITMG) Saat Harga Batubara Solid
Royalitas ITMG dalam kebijakan pembayaran dividen juga diperkirakan bakal dipertahankan. Hasan mengasumsikan, rasio pembayaran dividen ITMG tidak berubah, yakni pada rasio 70%.
Dengan demikian, Hasan berekspektasi ITMG membagikan dividen sebesar US$ 781 juta, yang akan dibayarkan dalam dua tahap. BRI Danareksa Sekuritas memperkirakan dividen interim tahun ini sebesar US$ 221 juta, dengan sisa dividen sebesar US$ 560 juta akan dibagikan pada kuartal pertama 2023
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham ITMG dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 50.000 dari sebelumnya Rp 35.000.
Dalam riset tertanggal 5 Oktober 2022, analis Maybank Sekuritas Indonesia Richard Suherman mempertahankan rekomendasi hold saham ITMG, namun dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 36.000 dari sebelumnya Rp 26.000
Rekomendasi ini seiring proyeksi Richard bahwa harga batubara dengan nilai kalori tinggi segera kembali normal. Selain itu, Richard melihat adanya potensi penurunan laba bersih ITMG jika skema retribusi baru yang diusulkan pemerintah diterapkan.
Asal tahu, pemerintah berencana untuk memungut retribusi sebagai kompensasi penambang yang memasok batubara ke Perusahaan Listrik Negara (PLN). Richard menilai, rencana ini bisa berdampak negatif pada ITMG. Ini karena hanya sekitar 30%-40% dari volume penjualan domestik yang dijual ITMG kepada PLN. Sedangkan sisanya dijual ke smelter dengan mengikuti harga pasar.
Meskipun belum memperhitungkan skema retribusi baru, analisis sensitivitas yang Richard lakukan menunjukkan bahwa laba bersih setelah pajak (NPAT) atau net profit after tax (NPAT) milik ITMG akan menurun sebesar 18%, jika skema retribusi tersebut diterapkan oleh pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News