kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prodia mengejar kenaikan EBITDA


Selasa, 24 April 2018 / 11:10 WIB
Prodia mengejar kenaikan EBITDA
ILUSTRASI. Klinik Prodia Senior Health Centre


Reporter: Aulia Fitri Herdiana | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prodia Widyahusada Tbk menargetkan margin pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atawa earnings before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) tahun 2018 sebesar 16,8%. Target itu sekitar 50 basis poin lebih tinggi dibandingkan realisasi margin EBITDA tahun lalu.

Perlu diketahui, target pertumbuhan margin EBITDA sebesar 50 basis poin pada tahun ini, sejatinya di bawah realisasi tahun lalu. Pada tahun 2017, Prodia mencatatkan EBITDA sebesar Rp 239,05 miliar. Sementara pendapatan bersih tercatat Rp 1,47 triliun. Jadi, hitungan margin EBITDA 2017 adalah 16,31%.

Sementara pada tahun 2016 sebelumnya, Prodia membukukan EBITDA sekitar Rp 209,07 miliar dan pendapatan bersih Rp 1,36 triliun. Kalau dihitung, margin EBITDA catatan itu adalah 15,39%. Alhasil, margin EBITDA tahun lalu 92 basis poin lebih tinggi ketimbang tahun 2016.

Ketimbang laba bersih, manajemen Prodia mengaku lebih menitikberatkan pada kinerja EBITDA. "Kami juga menargetkan pada persentase margin, bukan pertumbuhan," ujar Dewi Muliaty, Direktur Utama PT Prodia Widyahusada Tbk di Jakarta, Senin (23/4).

Ekspansi ke Papua

Supaya target kinerja tahun ini terpenuhi, Prodia akan menambah outlet baru. Misalnya saja, mereka akan menghadirkan lima sampai tujuh laboratorium klinik, empat klinik spesialis, lima laboratorium rumah sakit dan minimal 20 gerai point of care(POC) services. Rencana ekspansi lain adalah meningkatkan standar layanan 13 laboratorium klinik menjadi Prodia Health Care (PHC).

Agenda ekspansi tersebut akan memanfaatkan alokasi dana belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun 2018 yang sebesar Rp 300 miliar-Rp 350 miliar. Sumber capex berasal dari perolehan dana initial public offering (IPO) tahun 2016 silam.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) 22 Maret 2018, manajemen Prodia menyebutkan total penggunaan dana IPO per 31 Desember 2017 sekitar Rp 230,4 miliar. Adapun total perolehan dana IPO mencapai Rp 1,15 triliun. Jadi sisa dana IPO per akhir tahun lalu sekitar Rp 917,6 miliar.

Hingga April ini, Prodia sudah merealisasikan penambahan outlet baru. Mereka mengaku, model ekspansi bisnisnya tak berbeda dengan tahun lalu. "Februari kemarin kami baru membuka laboratorium klinik di Sorong, Papua Barat," tutur Dewi.

Sepanjang tahun lalu pendapatan bersih Prodia tumbuh 8,09% year on year (yoy). Pendapatan bersih tahun lalu Rp 1,47 triliun sedangkan tahun 2016 mencapai Rp 1,36 triliun. Sementara laba tahun lalu tercatat Rp 150,79 miliar atau naik 71,98% yoy.

Sementara menurut laporan tahunan 2017, Prodia mencatatkan peningkatan jumlah pemeriksaan dan kunjungan. Tahun lalu, mereka menangani 15,1 juta pemeriksaan dengan pendapatan per pemeriksaan sekitar Rp 97.086. Sementara pada tahun 2016 tercatat sebanyak 14,49 juta pemeriksaan dengan pendapatan per pemeriksaan sekitar Rp 93.127.

Jumlah kunjungan juga meningkat, dari sekitar 2,48 juta pada tahun 2016 menjadi 2,5 juta tahun lalu. Lalu, pendapatan per kunjungan tahun 2016 kurang lebih Rp 547.395. Tahun lalu, pendapatan per kunjungan naik menjadi Rp 586.400.

Hingga Desember 2017, Prodia tercatat memiliki 283 outlet yang tersebar di 118 kota seluruh Indonesia. Ratusan outlettersebut terdiri dari 136 laboratorium klinik, lima klinik khusus, 130 POC Services dan 11 laboratorium rumahsakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×