Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi covid-19 yang merebak pada tahun 2020 telah memunculkan kenormalan baru (new normal). Bagi Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) Ridwan Goh, situasi ini juga mengilhami strategi baru dalam berinvestasi.
Ridwan setidaknya telah memetik dua pelajaran penting dari pandemi covid-19. Pertama, perlunya mendiversifikasi aset atau komposisi portofolio investasi. Kedua, jeli membaca tren pasar dan perubahan industri yang akan membawa rotasi sektor di bursa saham.
Bursa saham memang sempat ambruk tertimpa pandemi covid-19. Mayoritas saham ambles, yang bahkan membawa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level 3.937 pada Maret 2020. Namun, Ridwan tidak ikut-ikutan panic selling.
Dia lebih selektif untuk cut loss pada saham-saham yang saat itu tumbang seperti di sektor properti, bank, dan tambang. Secara bersamaan, Ridwan sigap melakukan transisi dengan mengoleksi saham-saham yang kala itu menangguk cuan, yakni sektor kesehatan.
Baca Juga: Cara investasi Saham Blue Chip Harga Murah
Dus, strategi ini bisa meminimalkan risiko kerugian. Dengan mencermati rotasi dan diversifikasi sektor, Ridwan pun bisa meraup cuan dengan rata-rata kumulatif 40%-50% dari saham yang dipegang antara enam bulan hingga satu tahun.
"Saat (mayoritas saham) koreksinya sangat dalam, sektor kesehatan lumayan bisa menutupi. Jadi penting memahami diversifikasi untuk memilih instrumen yang paling tepat," kata Ridwan kepada Kontan.co.id, Kamis (16/5).
Selain saham, Ridwan getol mendiversifikasi portofolio investasi ke instrumen yang lebih stabil, tapi tetap punya prospek apik. Pria kelahiran 26 Juni 1983 ini pun memilih untuk mengoleksi logam mulia.
Sebagai aset safe haven, emas cukup tahan banting dan mampu melejit dalam kondisi sulit, dengan melewati pandemi hingga panasnya geo-politik yang terjadi sampai saat ini. "Sebenarnya harga emas juga pernah terkoreksi dalam, tapi secara long term tren-nya tetap positif. Jadi punya prospek lumayan menjanjikan," sebut Ridwan.
Saham dan emas punya porsi yang seimbang dalam komposisi portofolio investasi Ridwan, masing-masing sebanyak 40%. Sedangkan 20% sisanya diisi oleh instrumen obligasi dan reksadana.
Baca Juga: Pasar Terkoreksi, Peluang Koleksi Bitcoin di Harga Rendah?
Suka Saham LQ45
Di dalam portofolio investasinya, saham masih menjadi instrumen favorit. Ridwan bilang, investasi saham telah ia jalani secara learning by doing sejak masih duduk di bangku kuliah circa tahun 2005.
Ridwan mengaku sebagai investor moderat yang selektif memilah saham. Dalam menyaring saham pilihan, dia gemar memakai indeks LQ45 sebagai acuan. Konstituen di indeks ini dipersepsikan sebagai saham blue chip dengan fundamental emiten yang kuat.
Indeks LQ45 juga berisi saham dengan kapitalisasi pasar jumbo yang menopang pergerakan IHSG. "Risiko investasi saham pasti selalu ada, tapi sebisa mungkin ambil risiko yang paling kecil. LQ45 historical trend dan untuk long term cukup bagus," ungkap Ridwan.
Ridwan memegang saham dalam jangka waktu yang cukup panjang, beberapa di antaranya sampai lima tahun. Tapi, tak semua saham menjadi koleksi jangka panjang. Dari seluruh portofolio sahamnya, Ridwan menyisihkan 20% untuk melakukan trading.
Baca Juga: Orang Terkaya Ke-20 Di Indonesia Tanam Modal US$ 1,5 Miliar Di China
Momentum yang terjadi di pasar saham menjadi penting untuk melakukan profit taking atau menambah koleksi dengan averaging down. Hal penting lainnya, tetap antisipasi risiko dan update informasi untuk membuat keputusan yang lebih jernih.
"Kemajuan platform teknologi memungkinkan untuk berinvestasi atau trading lebih efisien. Aksesibilitas juga sudah tersedia sehingga investor bisa mengakses informasi secara real time," tutup Ridwan.
Berikut portofolio investasi Ridwan:
- Saham 40%
- Logam mulia 40%
- Obligasi dan reksadana 20%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News