kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Presdir Paramount Land M. Nawawi Teliti Merancang Investasi di Aset Properti


Sabtu, 03 Desember 2022 / 07:50 WIB
Presdir Paramount Land M. Nawawi Teliti Merancang Investasi di Aset Properti


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selayaknya membangun sebuah rumah, investasi tak bisa asal jadi. Investor mesti merancang dengan matang agar potensi untung tak ambruk menjadi buntung.

M. Nawawi menerjemahkan filosofi tersebut sebagai panduannya dalam berinvestasi. Pria yang kini menjabat sebagai Presiden Direktur Paramount Land itu menyoroti sejumlah hal krusial. 

Dalam pengalaman Nawawi, manajemen keuangan menjadi fondasi dalam investasi. Kecakapan seseorang mengolah dana akan menentukan tingkat pengelolaan risiko saat dia menjadi investor.

"Hal dasarnya bisa lebih dulu memilah (dana) yang jadi kebutuhan, keinginan, dan yang bisa disisihkan. Dari kecil kita diajarkan menabung, itulah proses learning-nya," kata Nawawi kepada Kontan.co.id beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Survei Knight Frank Indonesia: Subsektor Properti Rumah Tapak Masih Prospektif di 20

Manajemen keuangan juga menjadi hal dasar untuk merancang model investasi yang akan dibangun. Bahkan, dalam membeli rumah untuk dihuni saja, perlu ada pengelolaan dana lebih dulu, agar bisa memenuhi uang muka dan membayar cicilannya.

Nawawi menyoroti ini sebagai hal yang penting, lantaran rumah atau hunian menjadi bagian dari kebutuhan pokok. Istilah yang lazim didengar adalah: sandang, pangan, dan papan. 

Rumah atau aset properti secara umum, menurut Nawawi punya posisi yang unik. Sebab, aset ini penting untuk memenuhi kebutuhan pokok, sekaligus bisa menjadi instrumen investasi.

Sehingga dalam kategorisasi pembeli properti, Nawawi cenderung melihat kesetaraan antara investor dan end user (membeli untuk dihuni). "Karena nggak ada end user yang beli tanpa melihat bagaimana prospek ke depan, begitu juga investor," imbuh dia.

Baca Juga: Knight Frank Indonesia Sebut Sektor Properti Masih Dilematis

Dengan variasi produk yang ada, Nawawi melihat properti sebagai instrumen investasi menarik. Lantaran lebih aman dengan wujud dan tempat yang jelas. Hanya saja, bukan berarti investasi properti itu bebas risiko.

Selayaknya instrumen yang lain, nilai properti juga bisa terkerek naik, ambles, atau stagnan. "Misalnya ada lahan yang tadinya bagus, tapi rawan bencana, banjir, atau macet sangat parah. Nilainya kan bisa jatuh," imbuh Nawawi.

Oleh sebab itu, perlu teliti dalam membeli aset properti. Nawawi bilang, ini menjadi prinsip penting berikutnya dalam berinvestasi. Setelah cakap mengelola dana, investor juga harus tepat dalam memilih dan mengambil keputusan.

Baca Juga: Warren Buffett Punya Nasihat Tokcer Soal Dana Pensiun, Mau Tahu?

Prospek Wilayah

Nawawi mengenang, dia mulai gemar berinvestasi di aset properti sekitar tahun 2008. Properti pun menempati porsi yang dominan dalam portofolio investasinya, dengan porsi mencapai 70%.

Sedangkan 30% portofolio investasi pria kelahiran Pare-pare, 25 Januari 1974 ini diisi oleh instrumen non-properti. Termasuk di dalamnya produk finansial dari perbankan, saham dan emas.

Adapun aset properti meliputi rumah, tanah, apartemen, dan ruko. "Karena saya lebih mengerti soal yang property product, untuk yang financial product (dikelola) bersama istri saya," imbuh Nawawi.

Dalam pengalamannya mengoleksi properti, penguasaan wilayah menjadi poin krusial. Artinya, harus paham betul lokasi yang akan dipilih. Sehingga, Nawawi banyak menaruh perhatian pada kampung halamannya di daerah sekitar Makassar, Sulawesi Selatan.

"Tempat itu paling penting dalam properti. Jangan hanya dapat cerita, tapi harus mengerti keadaan di sana. Harus tahu potensi dan prospek tempat itu," imbuh Nawawi.

Baca Juga: Pasar Saham dan Obligasi Diramal Menarik pada 2023, Begini Saran Manajer Investasi

Hanya saja, karakteristik investor akan berbeda dalam menentukan pilihan lokasi maupun jangka waktu investasi. Nawawi sendiri lebih sabar untuk memilih properti di daerah penyangga kota, tapi dengan prospek yang cerah.

Prospek itu setidaknya bisa terukur dalam jangka lima tahun. Caranya bisa dengan melihat potensi yang sudah tergambar saat ini. Indikatornya seperti proyeksi laju populasi dan arah pengembangan bisnis.

Termasuk berbagai indikator pembangunan infrastruktur yang bisa memoles daya tarik area tersebut. "Informasi itu penting, apakah ada rencana jalan baru, tol, jembatan, pusat belanja, stasiun. Untuk mengukur prospek nilai tanahnya bakal naik," imbuh Nawawi.

Dalam skala yang luas, Nawawi mencontohkan wilayah Gading Serpong - Tangerang yang pengembangannya dilakukan bertahap dalam jangka waktu puluhan tahun. Kawasan ini berkembang dari lahan biasa, penyangga Jakarta, hingga tumbuh menjadi kota mandiri.

Baca Juga: Harga Properti Menapak Lambat, Jabodetabek Tetap Menjadi Pilihan Konsumen & Investor

Bahkan, penghuni di wilayah tersebut ada yang sudah masuk ke generasi ketiga. "Mereka yang awal tinggal di sana berani ambil keputusan untuk beli, investasi, atau ditempati. Sekarang cucu-nya sudah mau beli rumah lagi," ujar Nawawi.

Saat ini pun investasi properti masih menjadi primadona. Terlebih dengan kesadaran yang semakin tinggi, serta komposisi demografi yang mayoritas dihuni usia produktif atau generasi millenial dan Z.

Mereka umumnya adalah keluarga muda yang mencari rumah pertama. Menurut Nawawi, kesadaran investasi dan memiliki rumah di usia muda merupakan kabar yang menggembirakan.

Dalam bentuk paling dasar, Nawawi berpesan, investasi terbaik adalah pada pembentukan karakter diri, sedari dini. "Karena hari ini adalah hasil dari investasi kita di masa lalu. Masa depan, tergantung dari apa yang kita investasikan di hari ini," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×