Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Pratama Capital Assets Management menargetkan dana kelolaan akhir tahun ini mencapai Rp 1 triliun. Untuk mencapai target ini, Pratama Capital berencana menerbitkan reksadana baru selepas Lebaran.
Kedua reksadana yang dimaksud adalah reksadana terproteksi dan reksadana penyertaan terbatas (RDPT). Penerbitan dua produk reksadana ini sekaligus merupakan strategi diversifikasi produk Pratama Capital. Maklum, selama ini Pratama lebih dikenal sebagai manajer investasi reksadana berbasis saham.
Sebagai catatan, Pratama Capital saat ini mengelola tiga reksadana saham dan satu reksadana campuran.
Sayang, soal detail dua produk barunya, Direktur Pratama Capital Djoni Gunawan masih belum mau blak-blakan. Dia berdalih, kedua produk itu masih diolah oleh tim internal perusahaan.
Kedua produk baru itu akan menyasar investor ritel dan institusi. Adapun nilai investasi minimalnya Rp 50 juta untuk reksadana terproteksi, dan Rp 5 miliar untuk RDPT.
Dengan tambahan dua produk itu, Pratama Capital menargetkan, total dana kelolaannya hingga akhir 2010 bertambah Rp 150 miliar–Rp 300 miliar. Hingga akhir Juli, dana kelolaan Pratama Capital mencapai Rp 666,98 miliar.
Sementara menunggu finalisasi dua produk baru itu, Pratama Capital kini menggenjot pemasaran Pratama Equity.
Per akhir Juli, reksadana saham tersebut memiliki dana kelolaan Rp 57,94 miliar. Padahal, saat terbit 9 Februari silam, dana kelolaannya baru mencapai Rp 25 miliar. Hingga akhir tahun, Pratama menargetkan dana kelolaan produk ini mencapai Rp 100 miliar.
Djoni yakin, target itu akan tercapai karena produk ini fokus membidik investor institusi. "Minimal investasinya Rp 1 miliar," ujarnya, Selasa (31/8) kemarin.
Di luar kenaikan harga aset, dana kelolaan Pratama Equity meningkat berkat adanya penambahan unit penyertaan baru, dari 25 juta unit menjadi 52,79 juta unit penyertaan.
Hingga akhir 2010, produk ini diharapkan bisa menghasilkan imbal hasil 25%. Sayang, Djoni enggan membeberkan penempatan dananya. Yang jelas, "Di saham-saham yang masih under value, dan dipengaruhi oleh faktor global, seperti harga minyak bumi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News