Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Poundsterling menunduk di hadapan sebagian besar mata uang utama dunia. Salah satu penyebabnya adalah angka produk domestik bruto (PDB) Inggris yang tidak berubah alias ekonomi Inggris stagnan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (26/11) pukul 17.30 WIB, pasangan EUR/GBP naik 0,08% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 0,7947. GBP/USD turun 0,10% menjadi 1,5692. Sementara GBP/JPY melorot 0,22% menjadi 184,90.
Tonny Mariano, analis Harvest International Futures, mengatakan dalam tiga hari terakhir, EUR/GBP bergerak menguat. Pasca pengumuman revisi data PDB Inggris, pasangan mata uang ini melanjutkan penguatan.
PDB Inggris kuartal III tidak berubah, yakni sebesar 0,7%. Angka tidak mengejutkan dan sesuai prediksi para pelaku pasar. "Data ekonomi Inggris tersebut biasa-biasa saja sehingga euro diuntungkan terhadap poundsterling. Posisi harga saat ini lebih ditentukan oleh faktor fundamental," ungkap Tonny.
Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures, menjelaskan, pasangan GBP/USD bergerak mendatar dalam dua sesi terakhir. Poundsterling sudah cukup lama melemah terhadap dollar AS. Pelaku pasar belum menemukan alasan mengangkat poundsterling.
Di sisi lain, dollar Amerika Serikat (AS) masih bertaji terhadap sejumlah mata uang utama, termasuk poundsterling. Penguatan poundsterling juga masih terhambat lantaran angka investasi dan bisnis Inggris menurun 0,7% pada kuartal III-2014.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan estimasi yang tumbuh sebesar 2,3%. Diperlukan katalis tambahan untuk mengoreksi dollar AS. Secara umum, tren pasangan GBP/USD masih melemah (down trend).
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menilai, di jangka pendek, GBP/JPY agak tertekan. Sebab, pernyataan Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ), Haruhiko Kuroda bernada hawkish. Ia menargetkan Jepang dapat mencapai target inflasi 2% tahun depan. "Akibat pernyataan tersebut, yen menguat dalam dua hari terakhir," ujar Faisyal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News