Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai tukar poundsterling (GBP) keok, setelah Bank Sentral Inggris (BoE) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi Inggris tahun depan. Mengutip Bloomberg, Rabu (12/11) pukul 19.40 WIB, pasangan GBP/USD turun 0,55% dibanding hari sebelumnya menjadi 1,5831. Pairing GBP/AUD jeblok 0,83% ke level 1,8174. Lalu, pasangan EUR/GBP naik 0,49% ke 0,7875.
Kemarin, BoE memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris tahun depan menjadi 2,9%, dari proyeksi sebelumnya 3,1%. Target inflasi tahun ini pun direvisi turun dari sebelumnya 1,9% menjadi 1,2%, dan inflasi tahun 2015 diturunkan menjadi 1,4% dari target sebelumnya 1,7%.
Nizar Hilmy, analis PT SoeGee Futures mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi melemakan pairing GBP/USD. Menurutnya, langkah BoE itu memudarkan harapan kenaikan suku bunga akan dilakukan tahun depan. "Di sisi lain ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed terus bergulir. Jadi, GBP kalah kuat dibanding USD,” tuturnya.
Meski demikian, lanjut Nizar, pelemahan poudsterling tidak akan terlalu dalam, sebab penurunan dalam beberapa bulan terakhir sudah cukup tajam. “Saat ini sudah bottom, jadi tidak akan turun terlalu dalam lagi,” prediksinya.
Sementara, Putu Agus Pransuamitra, Researcher and Analyst PT Monex Investindo menilai, pasangan GBP/AUD juga tertekan, karena sentimen di Australia cukup positif. Ini menyusul tingkat kenaikan upah buruh di Australia pada kuartal III yang terjaga di level 0,6%. Lanjut putu, poundsterling masih akan tetap tertekan, meski data ekonomi stabil.
Tingkat pengangguran di Inggris bulan September dilaporkan stagnan di level 6,0%. "Sentimen negatif pemangkasan proyeksi ekonomi masih lebih dominan," ujarnya. Analis Harvest International, Tonny Mariano menduga, meski pasangan EUR/GBP bergerak naik, namun hanya bersifat sementara. Sebab, kondisi ekonomi Inggris masih jauh lebih baik ketimbang kawasan Eropa.
"Jadi kenaikan hanya jangka pendek. Tren masih bearish,” tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News