Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Rilis data penjualan ritel Inggris tenyata masih belum mampu mengembalikan pesona poundsterling. Akhir pekan kemarin, mata uang Inggris itu tercatat mengalami koreksi hampir dihadapan seluruh mata uang utama dunia.
Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (17/2) pasangan mata uang EUR/GBP terlihat mengalami menguat 0,18% ke level 0,85609 dari hari sebelumnya.
Tonny Mariano, PT Esandar Arthamas Berjangka melihat pelemahan pound terhadap euro terjadi karena sajian data Inggris yang diluar ekspektasi. Kalau semula diproyeksikan bulan Januari ini hasilnya tumbuh positif sekitar 1%, tetapi pada kenyataannya capaian penjualan ritel hanya berhasil menguat dari -2,1% pada Desember menjadi -0,3% di Januari.
“Meskipun data ketenagakerjaan yang dirilis sebelumnya cukup positif, tetapi ini membuat pound melemah terhadap euro,” terang Tonny.
Padahal menurutnya saat ini secara fundamental, kondisi politik di Uni Eropa relatif tidak stabil menjelang pemilu di Prancis, Jerman dan Belanda. Hanya saja posisi mata uang euro masih terbantu dengan hasil neraca perdagangan Uni Eropa yang surplusnya melebihi ekspektasi. Pada bulan Desember neraca perdagangan ditutup surplus di level 31 miliar dari perkiraaan sekitar 28,7 miliar
“Walaupun ketidakpastiannya tinggi, tetapi data Eropa masih lebih baik,” imbuhnya.
Ia memperkirakan pelemahan pound terhadap euro masih akan berlanjut hingga awal pekan ini. Namun penguatan pasangan EUR/GBP akan berada pada rentang yang terbatas. Pergerakannya pada Senin (20/2) akan dipengaruhi oleh rilis data indeks kepercayaan konsumen yang hasilnya diproyeksikan stabil di kisaran -5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News