Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pergerakan GBP/USD kian kontras pasca sajian data ekonomi yang menunjukkan hasil berbeda bagi pelaku pasar.
Mengutip Bloomberg, Jumat (13/5) pairing GBP/USD pun menukik 0,60% di level 1,4365 dibanding hari sebelumnya.
Adapun paparan data ekonomi yang mendukung pergerakan USD adalah penjualan ritel inti AS April 2016 yang naik dari 0,4% menjadi 0,8%, lalu PPI juga naik dari minus 0,1% menjadi 0,2%, penjualan ritel ke posisi 1,3% dari sebelumnya minus 0,3% dan terakhir sentimen konsumen pun ikut terbang dari 89,0 ke posisi 95,8.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures tenggelamnya poundsterling di hadapan the greenback memang karena gempuran data ekonomi AS yang positif kontras dengan sajian data ekonomi Negeri Ratu Elizabeth. Tekanan terbaru datang dari data output kontruksi Inggris Maret 2016 yang mencatatkan penurunan tajam dari minus 0,9% menjadi minus 3,6%.
“Ini menghantam poundsterling karena perlambatan ekonomi di Inggris semakin terlihat setelah sebelumnya data manufaktur pun buruk,” jelas Wahyu. Apalagi sebelumnya Bank of England kembali mempertahankan suku bunga dan tidak merubah kebijakan ekonominya. Ini semakin menegaskan perlambatan yang terjadi di Inggris.
Senin (16/5) Wahyu menebak pergerakan GBP/USD masih akan terus menukik ke bawah. Hanya saja level pergerakannya kian terbatas mengingat kejatuhan yang juga sudah cukup tajam. “Selain itu secara moneter sebenarnya cukup seimbang karena kedua bank sentral baik BOE dan The Fed sama-sama menerapkan kebijakan moneter yang hold,” ujar Wahyu. Pembedanya saat ini karena poundsterling dibayangi oleh isu Brexit sehingga membuat GBP terus dalam bayang-bayang pelemahan.
Apalagi ini sejalan dengan sajian data ekonomi Inggris yang tidak kunjung membaik. “Tapi secara teknikal ada desakan untuk GBP/USD rebound dalam jangka pendek ini yang harus diwaspadai di awal pekan,” tutur Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News