Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Poundsterling kian loyo. Perhatian kini tertuju pada pidato Theresa May, Perdana Menteri Inggris dini hari nanti. Peluang terjadinya hard Brexit yang bergulir di pasar jadi beban utama mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini.
Mengutip Bloomberg, Senin (16/1) pukul 16.25 WIB pasangan GBP/JPY tenggelam 1,40% di level 137,50 dibanding hari sebelumnya.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures pun menuturkan pelemahan tajam yang diderita poundsterling jadi penyebab utama terpuruknya GBP/JPY. Sampai saat ini Theresa May mengatakan fokus utamanya tertuju pada masalah imigrasi dan perbatasan. Ia tidak menaruh perhatian pada pasar tunggal Eropa.
“Ada indikasi ini bisa mengarahkan pada terjadinya hard Brexit yang tentunya buruk bagi poundsterling ke depannya,” imbuh Faisyal.
Saat ini pelaku pasar sedang waspada menanti pidato May yang dijadwalkan pada Selasa (17/1) malam. Apabila benar seperti dugaan bukan tidak mungkin poundsterling akan menukik semakin dalam.
Ketidakstabilan ini menambah keuntungan bagi yen untuk terus terbang tinggi. Ditambah lagi data ekonomi Jepang cukup memuaskan.
Sebut saja mulai dari data harga barang yang dijual produsen membaik dari minus 1,2% dari sebelumnya minus 2,2%, aktivitas industri Jepang Desember 2016 pun tumbuh dari 0,0% menjadi 0,2% serta terakhir pemesanan peralatan mesin yang ikut naik dari minus 5,6% menjadi 4,4%.
Meski pada Selasa (17/1) minim data ekonomi dari Jepang, peluang yen unggul tetap terbuka lebar. “Memang ada pidato Mark Carney, Gubernur Bank of England yang dijadwalkan dini hari nanti serta rilis data inflasi yang diduga memuaskan, namun hal tersebut dinilai hanya akan menahan kejatuhan tapi belum bisa membalikkan arah,” jelas Faisyal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
