Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju poundsterling terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sepertinya mulau kehilangan daya. Terbukti pada penutupan perdagangan akhir pekan hari Sabtu (6/4) pasangan GBP/USD terpantau melemah dengan turun sebesar 0.30% di level 1,3038.
Melemahnya mata uang poundsterling terhadap rival utamanya dollar AS pasca rilis data Non-Farm Payroll (NFP) AS periode Maret 2019 yang naik ke level 196,000. Angka ini melebihi ekspetasi pasar di 180,000. Perolehan NFP AS tersebut juga memperbaiki data di bulan sebelumya yang tercatat sangat rendah, meskipun akhirnya direvisi menjadi 33,000.
Sektor yang menyumbang lapangan kerja terbanyak kali ini adalah layanan kesehatan dan jasa teknis. Disisi lain, rilis data Average Hourly Earnings bulanan AS hanya tumbuh 0.1% di bulan Maret 2019, turun sangat jauh dari 0.4% di bulan sebelumnya. Dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang 0.3%, data terbaru ini juga lebih rendah.
Akibatnya, kenaikan upah tahunan ikut menjadi lebih rendah daripada bulan sebelumnya, yakni 3.4% pada bulan lalu. Analis PT Rifan Financindo Berjangka, Puja Purbaya Sakti menilai kembali melemahnya poundsterling setelah majelis rendah akhirnya setuju untuk mengesahkan draft perundangan yang akan mencegah Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun.
Draft perundangan ini akan memaksa Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May untuk meminta penundaan deadline Brexit hingga jauh setelah tanggal 12 April. “Pengaruh positif dari UU Anti “No-Deal Brexit” yang disetujui oleh parlemen Inggris ini tidak mampu memberikan dampak positif yang cukup lama bagi pergerakkan poundsterling,” kata Sakti kepada Kontan, Sabtu (6/4).
Kabarnya Majelis Inggris memang telah mengesahkan Undang-Undang untuk mencegah Brexit yang tanpa kesepakatan. Namun, sentimen pasar tampaknya masih mengkhawatirkan dampak buruk dari lemahnya kondisi ekonomi dan proses negosiasi Brexit yang berkepanjangan.
Pekan depan tepatnya Senin (8/4) akan dirili beberapa indikator ekonomi, antara lain pada pukul 13.00 WIB akan dirilis indikator ekonomi DE Balace of Trade FEB yang diprediksi akan mengalami peningkatan dari €14.5B menjadi €16.5B (forecast). Kata Sakti, naiknya jumlah total dari Neraca Perdagangan Jerman yang mengukur selisih antara nilai ekspor dan impor barang selama bulan terlapor ini akan berdampak positif bagi Euro sehingga akan memberikan sentimen positif bagi Poundsterling.
Kemudian pada pukul 21.00 WIB akan dirilis indikator ekonomi US Factory Orders MoM FEB yang diprediksi akan mengalami penurunan cukup signifikan dari 0.1% menjadi negatif 0.6% (konsensus). Menurut Sakti turunnya jumlah presentase dari Indek Pemesanan Pabrik AS yang mengukur perubahan nilai total pemesanan pembelian baru yang diterima perusahaan manufaktur ini akan berdampak negatif bagi dollar AS sehingga akan memberikan sentimen positif bagi poundsterling.
Sakti menelaah secara analisa teknikal grafik daily di mana indikator moving average exponential (EMA) melebar dengan arah kurs turun. Kemudian pada vortex indicator (VI) dengan kondisi blue over red yang mengecil di mana arah kurs berpotensi menguat.
Selanjutnya pada indikator true strengh indicator (TSI) berada di area negatif 1 yang menunjukkan kurs turun. “Secara umum GBP/USD masih berpotensi untuk lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya,” tutur Sakti.
Ia merekomendasikan trading untuk pasangan GBP/USD adalah sell selama harga di bawah 1,3010 dengan level resistance antara 1,3109, 1,3184, dan 1,3321. Sementara level support antara 1,2972, 1,2910, dan 1,2773.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News