Reporter: Sandy Baskoro, Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tiga sekuritas pelat merah belum berhasil melepas saham initial public offering (IPO) Garuda Indonesia. Dengan mengempit saham Garuda yang harganya terus terperosok, potensi kerugian tiga sekuritas itu pun semakin nyata.
Tiga sekuritas tersebut adalah Bahana Securities, Danareksa Sekuritas dan Mandiri Sekuritas. Mereka bertugas sebagai Joint Lead Underwriter (JLU) IPO PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), pada Februari lalu.
Parikesit Suprapto, Deputi Bidang Usaha Jasa Kementerian BUMN, memperkirakan, JLU GIAA berpotensi mengalami kerugian. Pasalnya, harga saham GIAA hingga kini masih bergerak di bawah harga IPO yang senilai Rp 750 per saham.
Harga saham Garuda, Kamis (28/9) menurun 1,10% menjadi Rp 450 per saham. Jika dibandingkan harga IPO senilai Rp 750 per saham, harga GIAA kemarin telah merosot sedalam 40%.
"Kemungkinan harga pelepasan saham Garuda oleh tiga JLU akan berada di bawah harga IPO," ujar Parikesit, belum lama ini. Tapi dia belum mengetahui di level harga berapa para JLU akan melepas Garuda.
Kinerja memburuk
Tren harga rata-rata GIAA sejak listing bergerak di kisaran Rp 450 per saham hingga Rp 500 per saham. Ketiga JLU terpaksa mengempit saham IPO GIAA yang tidak terserap investor publik. Nilai totalnya mencapai 3,008 miliar saham atau setara Rp 2,25 triliun. Dari situ, setiap sekuritas wajib menyerap sekitar 1 miliar saham dan merogoh kocek masing-masing sekitar Rp 750 miliar.
Dengan asumsi JLU masih memiliki seluruh saham GIAA, jika saham GIAA dilepas pada harga Rp 500 per saham maka dana yang akan diraup hanya Rp 500 miliar. Ini berarti potensi kerugian masing-masing sekuritas BUMN itu mencapai Rp 250 miliar atau senilai total Rp 750 miliar.
Dari ketiga sekuritas itu, kinerja keuangan Bahana Securities yang paling terpukul. Mengacu laporan keuangan per Juni 2011 yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia, Bahana Securities mencatatkan kinerja paling buruk diantara ketiga sekuritas. Bahana menderita kerugian bersih senilai Rp 186,06 miliar dengan defisit pendapatan ditaksir Rp 116,14 miliar.
Parikesit menyatakan, apabila Bahana Securities bisa melepas seluruh kepemilikan saham Garuda Indonesia di harga yang ideal, maka kinerja sekuritas tersebut bisa positif. Tidak hanya Bahana, Danareksa Sekuritas juga menanggung defisit pendapatan usaha. Nilainya Rp 66,78 miliar. Sedang kerugian bersih yang ditanggung Danareksa mencapai Rp 132,36 miliar.
Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman, enggan mengomentari potensi kerugian akibat mengempit saham Garuda. "Ini bukan konsumsi publik," kata dia singkat, kemarin.
Hanya Mandiri Sekuritas yang membukukan kinerja paling kinclong selama enam bulan pertama tahun ini. Mandiri membukukan pendapatan operasional senilai Rp 306,17 miliar dengan laba bersih Rp 12,23 miliar. Namun laba bersih itu anjlok 71,62% daripada laba bersih di periode yang sama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News