Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit (CPO) terus naik. Tingginya permintaan dari India membuat pelaku pasar optimistis, permintaan CPO bakal terus menanjak. Harga akan tetap naik meski ada perubahan pajak di negara pengekspor dan pengimpor minyak sawit.
Harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia, Jumat (15/2) pukul 14.45 WIB, naik 0,24% menjadi RM 2.501 per metrik ton sebelum ditutup melemah 0,48% menjadi RM 2.483 per metrik ton.
Impor CPO India di bulan Januari naik 74% menjadi 1,13 juta metrik ton, dibandingkan dengan 647.693 metrik ton di periode Januari tahun lalu. Penetapan pajak impor sebesar 2,5% dari India tidak mengurangi permintaan CPO Malaysia. Permintaan CPO Malaysia bertahan setelah Malaysia memberlakukan kebijakan pajak ekspor 0%.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partner PT Investa Saran Mandiri mengatakan, harga CPO Malaysia kemungkinan besar masih akan melanjutkan penguatan. Kebutuhan CPO India tidak mungkin bisa dipenuhi oleh produsen lokal, sehingga impor dari Malaysia dan Indonesia akan semakin tinggi. Ditambah lagi, China sebagai konsumen CPO terbesar di dunia, akan kembali aktif bertransaksi di pekan depan setelah libur tahun baru Imlek.
Kiswoyo memprediksi, harga CPO kemungkinan besar akan terus naik sampai awal semester II. "Kenaikan permintaan dari China dan India akan menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga CPO," kata Kiswoyo.
Tekanan pada CPO kemungkinan besar baru akan terasa di semester II/2013, karena panen raya kelapa sawit umumnya terjadi menjelang akhir tahun. Harga CPO akan mengalami penurunan tajam di periode ini, karena stok di Malaysia dan Indonesia akan kembali naik.
Ariana Nur Akbar, analis senior Monex Investindo Futures berpendapat lain. Ia cenderung memprediksi, adanya penurunan terbatas pada harga CPO. Hal ini didasarkan pada membaiknya cuaca di Amerika Selatan. Membaiknya cuaca di wilayah utama penghasil kedelai dan jagung ini bakal menyetop reli CPO.
Kedua komoditas ini menjadi saingan utama CPO di bidang minyak nabati. Peningkatan produksi dari dua komoditas ini bisa menekan permintaan CPO di pasar global. "Harga CPO saat ini pun sudah termasuk tinggi, sehingga kemungkinan akan ada aksi ambil untung yang membuat pergerakan harga CPO sepekan mendatang sedikit tertekan," kata Ariana.
Secara teknikal, Ariana melihat adanya sinyal bearish pada pergerakan harga CPO. Exponential moving average (EMA) jangka pendek mulai bergerak turun mendekati EMA jangka panjang. MACD bergerak turun, dengan indikator harga yang bergerak semakin mendekati area nol.
Kiswoyo memprediksi, harga CPO akan naik di kisaran RM 2.500-RM 2.550 sepekan mendatang. Sedangkan, Ariana memprediksi adanya penurunan terbatas, dengan pergerakan harga di RM 2.448-RM 2.568 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News