kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Potensi Bank Danamon pasca dicaplok MUFJ


Selasa, 28 November 2017 / 09:04 WIB
Potensi Bank Danamon pasca dicaplok MUFJ


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penjualan sebagian saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) menyedot perhatian pasar. Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG) berniat mengakuisisi 40% saham BDMN dari tangan Asia Financial Pte Ltd, kendaraan bisnis milik Temasek Holdings.

Manajemen MUFG menyatakan, telah memulai negosiasi pembelian 40% saham BDMN. Nilainya diperkirakan mencapai 200 miliar atau sekitar US$ 1,76 miliar.

Bila akuisisi itu terwujud, harga saham BDMN berpotensi melambung. Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan menghitung, dengan fakta yang ada saat ini dan perkiraan kurs rupiah di Rp 13.300 per dollar AS, pasca akuisisi harga saham BDMN bisa di Rp 5.970–Rp 6.000 per saham.

Dengan begitu, nilai price book value (PBV) BDMN bisa mencapai 0,67 kali. Angka ini sangat bagus dibanding PBV saat ini di level 1,35 kali. Meski demikian, ketimbang gegabah membeli sahamnya sekarang, Alfred menyarankan, agar investor menahan beli dan menantikan realisasi rencana akuisisi tersebut.

"Pasca pengumuman, saham BDMN sempat naik signifikan, tapi sekarang sudah turun karena belum ada berita penyelesaian transaksi. Jika dilihat, aksi korporasi bisa memakan waktu lama," kata Alfred, Senin (27/11).

Memang, setelah pengumuman akuisisi, saham BDMN sempat loncat ke Rp 5.725 per saham pada 9 November. Kala itu, angka itu adalah posisi tertinggi BDMN sejak April 2013. Tapi, seiring meredanya pemberitaan mengenai rencana akuisisi, saham BDMN kembali ke level Rp 5.400 per saham.

Atas pertimbangan itu, Alfred tetap mempertahankan rekomendasi hold saham BDMN, dengan Rp 5.700. Ke depan, investor sebaiknya mengawal perkembangan akuisisi dan tetap mencermati fundamental emiten.

Hingga kuartal III 2017, BDMN sudah menutup sebanyak 153 kantor cabang pembantu konvensional. Lalu, mereka memangkas Danamon Simpan Pinjam (DSP) jadi 1.048 gerai. BDMN juga telah menutup kantor cabang utama (KCU) dan kantor cabang pembantu syariah sebanyak 4 kantor sejak akhir September 2016 hingga akhir September 2017 menjadi 10 kantor.

Anak usaha

Sampai kuartal ketiga tahun ini, laba bersih BDMN melonjak 20% year-on-year (yoy) menjadi Rp 3,03 triliun. Namun, penyaluran kreditnya hanya tumbuh tipis 2% (yoy) jadi Rp 126,88 triliun. "Siklus kredit cenderung lamban dan basis dana menyusut," tulis Analis OCBC Sekuritas Isfhan Helmy dalam risetnya tertanggal 1 November lalu.

Berangkat dari Fakta tersebut, Isfhan mempertahankan rekomendasi sell saham BDMN dan pasang target harga Rp 5.200 per saham.

Analis Indo Premier Sekuritas Stephan Hasjim masih optimistis dengan prospek BDMN. Pinjaman mikro bank ini memang turun 33%, tapi kredit UKM, grosir, dan konsumer tumbuh 7%. Jadi, masih ada harapan dari anak usaha, Adira Finance.

"Kami melihat pertumbuhan top-line masih menjadi tantangan bagi BDMN, mengingat prospek pinjaman otomotif yang terjaga di 35% dari portofolio, sementara pinjaman mikro akan terus menyusut," tulis Stephan dalam riset yang terbit 31 Oktober lalu.

Per akhir September 2017, pembiayaan baru Adira Finance tumbuh 7% untuk roda dua dan 8% buat roda empat.

Stephan memproyeksikan, di akhir tahun ini BDMN berpotensi meraup pendapatan Rp 18,41 triliun dan tahun depan Rp 18,73 triliun. Adapun laba bersih tahun ini diprediksikan Rp 9,17 triliun dan tahun depan sebesar Rp 9,21 triliun. Dia mempertahankan rekomendasi hold, dengan target Rp 4.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×