Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Tampaknya, negosiasi proses merger Telkom Flexi, divisi telepon tetap nirkabel PT Telkom Tbk (TLKM), dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL)--pemilik merek Esia--berlangsung alot. Ada sejumlah kendala yang masih menghalangi proses merger tersebut.
Dalam paparan publik yang digelar pada acara Investor Summit & Capital Market Expo akhir pekan lalu (10/11), Direktur Keuangan Telkom Sudiro Asno menyatakan, Telkom dan Esia belum berhasil menyepakati struktur kepemilikan di perusahaan baru hasil merger tersebut.
Selain itu, kedua belah pihak juga belum sepakat soal nilai Flexi dan Esia serta pengaturan jumlah sumber daya manusia (SDM) di perusahaan baru nanti dan porsi SDM dari masing-masing perusahaan.
Sudiro juga mengingatkan bahwa Telkom harus memperhatikan kepentingan karyawan yang diwakili oleh Serikat Karyawan (SEKAR) Telkom. Bukan rahasia lagi bahwa SEKAR memiliki pengaruh yang besar di tubuh Telkom. Nah, awal Oktober lalu, SEKAR telah menyatakan menolak rencana merger Flexi-Esia itu.
Catatan saja, dalam acara itu, Sudiro juga kembali menjelaskan alasan Telkom untuk menggabungkan Flexi dan Esia. Menurutnnya, sesuai roadmap, masa depan teknologi telekomunikasi di masa depan ada pada teknologi long term evolution (LTE).
Nah, jika memperoleh izin LTE itu, Telkom akan memberikannya kepada Telkomsel dan Flexi. Masalahnya, Flexi hanya memiliki frekuensi 5 Mhz yang tidak mencukupi untuk teknologi broadband. Slot frekuensi yang terdekat dengan Flexi dimiliki ole Esia. Karena itulah, Telkom memilih Esia. Dalam paparannya, Sudiro juga menyebut bahwa total nilai aset Flexi saat ini adalah sekitar Rp 7 triliun-Rp 8 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News