Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan asing di pasar obligasi terus menurun dari tahun ke tahun. Salah satu penyebabnya, pelaku pasar mencari instrumen investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi, yaitu di pasar saham.
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, porsi asing di Surat Berharga Negara (SBN) per 1 Maret sebesar 18,72% dengan nilai Rp 892,07 triliun. Sementara, porsi asing di SBN pada 2017 mencapai 39,82% dengan nilai Rp 836,15 triliun.
Dalam lima tahun terakhir tersebut, porsi asing di SBN dalam tren turun di setiap tahunnya kecuali di tahun 2018-2019.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Paling Banyak Dilego Asing pada Akhir Pekan
Sementara, di pasar saham, pertumbuhan porsi kepemilikan asing lebih sering terjadi dalam lima tahun terakhir. Terutama dalam satu tahun belakangan ini.
Kepemilikan asing di pasar saham dari akhir 2021 di 45,85% naik menjadi 46,25% hingga pekan kedua Februari. Sebaliknya, kepemilikan asing di SBN menurun dari akhir 2021 di 19,05% menjadi 18,72% per 1 Maret.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kepemilikan asing di SBN dalam tren turun spread yield SBN dengan suku bunga The Federal Reserved (The Fed) semakin menipis.
"Daya tarik pasar obligasi menurun dulu yield SBN dan suku bunga The Fed bisa mencapai 5%," kata Wawan, Jumat (4/3).
Namun, ketika ada ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan terjadi kenaikan yield US Treasury, sementara, yield SBN turun ke sekitar 6%, maka spread tidak lagi di 5% melainkan turun ke sekitar 4%. Penurunan spread tersebut yang membuat asing tidak terlalu tertarik masuk ke pasar obligasi. Efeknya, asing cenderung keluar dari pasar obligasi atau masuk ke pasar saham.
Baca Juga: Alasan Indocement (INTP) Perpanjang Periode Buyback Saham
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi, mengatakan faktor yang membuat kepemilikan asing di pasar saham meningkat di Indonesia karena kenaikan harga komoditas.
"Indonesia pengekspor komoditas yang dominan dengan neraca perdagangan yang konsisten berkinerja positif dan solidnya laporan keuangan emiten memicu aksi beli investor asing di pasar saham," kata Reza.
Efek dari aksi beli asing, Reza melihat yang pertama adalah menjadi sentimen positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kedua, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga diproyeksikan akan menguat dengan derasnya aliran asing yang masuk ke pasar saham. "Penguatan rupiah disokong oleh hot money yang masuk cukup banyak," kata Reza.