kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PNM Belum Jelas, Intip Prospek Bisnis dan Saham Bank BTN (BBTN)


Sabtu, 13 Agustus 2022 / 12:51 WIB
PNM Belum Jelas, Intip Prospek Bisnis dan Saham Bank BTN (BBTN)
ILUSTRASI. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penambahan modal PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) masih belum jelas. Pasalnya, pemerintah masih mengevaluasi kembali keputusan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,98 triliun untuk bank spesialis kredit sektor perumahan tersebut di tahun ini. 

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, keputusan tersebut telah dibahas dalam rapat Komite Privatisasi BUMN pada Rabu (10/8). Sementara PMN untuk Garuda dan Waskita dipastikan akan dicairkan. 

“BTN masih perlu dievaluasi lagi. Ada beberapa yang memang ini lagi dievaluasi lagi. Ini kan rapat komite privatisasi BUMN,” tutur Susiwijono.

Sebelumnya, Haru Koesmahargyo, Direktur Utama BTN mengatakan, dukungan PMN tersebut diperlukan untuk meningkatkan kemampuan BTN dalam membantu pemerintah menurunkan selisih antara kebutuhan rumah dan ketersediaan rumah atau backlog di Tanah Air. 

Baca Juga: PMN ke BTN Dorong Peningkatan Pemenuhan Hunian Bagi MBR

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2020, angka backlog kepemilikan perumahan mencapai 12,75 juta.

Komisi VI DPR telah menyetujui usulan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memberikan PMN sebesar Rp 2,98 triliun pada BTN tahun ini. Menurut hitungan bank ini, setiap penambahan modal sebesar Rp 1 triliun maka akan menghasilkan kemampuan mendorong penyaluran kredit sekitar Rp 12 triliun. 
Dengan rencana PMN Rp 2,98 triliun yang mewakili 60% saham pemerintah di BTN maka total tambahan modal yang bisa didapat perseroan dari rights issue akan mencapai sekitar Rp 4,9 triliun.

Sehingga tambahan PMN yang diberikan pemerintah itu bisa dileverage ke dalam penyaluran kredit hingga Rp 58,8 triliun. Angka itu didapat dengan mengalikan Rp 4,9 triliun dengan Rp 12 triliun. 

"Tambahan PMN akan menambah kecepatan kami menyalurkan pembiayaan. Kalau tanpa PMN, BTN tetap bisa ekspansi tetapi akan lebih lambat. Sementara pemerintah punya program sejuta rumah," jelas Haru.

Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan pemerintah harus hadir untuk mengurangi backlog perumahan sekaligus penyediaan rumah bagi MBR. 

 

Menurutnya, program rumah subsidi belum cukup untuk mengurangi angka tersebut, tetapi juga harus melakukan penguatan kepada bank yang fokus pada sektor properti. 

"Peran bank ini vital karena dapat membiayai proyek perumahan subsidi hingga menyediakan KPR subsidi, baik dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) maupun subsidi bunga kredit. Sementara saat ini hanya BTN yang fokus ke perumahan MBR, bank lain lebih memilih ke perumahan menengah ke atas," Piter, Jumat (12/8).

Dia melihat bahwa segmen KPR subsidi merupakan salah satu segmen yang tidak disukai oleh perbankan. Segmen ini memiliki margin kecil, namun memiliki risiko besar karena tenor kredit sangat panjang. Adapun BTN menurutnya sudah terbukti memiliki komitmen kuat terhadap segmen MBR.

Piter melihat ketergantungan pemerintah terhadap BTN dalam kesuksesan Program Sejuta Rumah sangat besar. Oleh karena itu, penguatan terhadap BTN harus dilakukan, terutama dari sisi permodalan.

Sementara  Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, perlu dilihat apa latar belakang pemerintah mengevaluasi PMN ke bTN tahun ini. Menurutnya, penundaan PMN normal jika hasil evaluasinya mendukung hal tersebut. 

Baca Juga: PMN untuk Bank Tabungan Negara (BBTN) Masih Dievaluasi, Garuda dan Waskita akan Cair

Namun, penundaan atau pembatalan akan menghambat percepatan penyaluran KPR, khususnya untuk rumah subsidi.

"Tanpa ada PMN, BTN belum bisa rights issue. Sehingga ekspansinya harus mengandalkan kemampuannya sendiri," kata Trioksa. 

Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, evaluasi PMN kepada BTN ini tentu akan direspons pasar melalui pergerakan sahamnya. 

Tetapi, ia melihat bahwa harga saham BBTN saat ini sudah kembali mengalami kenaikan karena  investor melihat penurunan sebelumnya menjadi momentum untuk koleksi. 

Nico masih merekomendasikan buy saham BBTN saat ini dengan target harga Rp 2.180.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×