kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PMI manufaktur Indonesia naik, kinerja sektor manufaktur diperkirakan masih berat


Jumat, 03 Juli 2020 / 21:29 WIB
PMI manufaktur Indonesia naik, kinerja sektor manufaktur diperkirakan masih berat
ILUSTRASI. Indeks manufaktur Indonesia masih menunjukkan kontraksi.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Juni 2020, IHS Markit mengumumkan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di 39,1. Level ini meningkat 10,5 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 28,6.

Meskipun PMI  Manufaktur Indonesia tampak menguat, Head of Research Ekuarto Swarna Sekuritas David Sutyanto menjelaskan level yang masih berada di bawah 50,0 itu sejatinya mencerminkan perlambatan. Hanya saja, perlambatannya tidak setajam dua bulan sebelumnya. "Sinyal positif iya, tapi belum confirm positif," kata David kepada Kontan.co.id, Jumat (3/7).

Berdasar catatan Kontan.co.id, pada bulan Mei 2020, PMI Manufaktur Indonesia tercatat 28,6. Level tersebut naik tipis dibanding bulan April 2020 yang berada di  level 27,5. Asal tahu saja, industri manufaktur dapat dikatakan ekspansif jika berada di atas level 50,0.

Baca Juga: Sektor manufaktur mulai menguat, simak rekomendasi analis

Menurut David, ke depan sektor manufaktur masih akan dipengaruhi oleh permintaan dan pasokan bahan baku. Adapun sejauh ini dia mengamati, keduanya masih mengalami shock akibat pandemi Covid-19.

Di tengah sektor manufaktur yang masih melambat, ada beberapa saham manufaktur subsektor barang konsumen yang masih menarik. Misalnya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Tidak jauh berbeda, Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony berpendapat bahwa sektor manufaktur masih rawan terkoreksi. Apalagi, di semester II ini pasar masih dibayangi pandemi Covid-19 gelombang kedua. Sektor manufaktur memiliki tantangan jika lockdown kembali diterapkan.

Baca Juga: Prediksi Chatib Basri, pasar tradional pulih dulu, mal dan entertainment sabar dulu

Di tengah kondisi yang masih dalam bayang-bayang koreksi,  saham-saham di bidang pulp dan kertas, tekstil, konsumsi masih menarik untuk dikoleksi, terlebih lagi jika perusahaan-perusahaan tersebut mempunyai porsi ekspor yang cukup besar.

"Kemungkinan dari sisi ekspor kembali meningkat, serta pendapatannya yang dalam kurs juga dapat membantu di tengah pelemahan rupiah saat ini," imbuhnya. Ia pun menjagokan saham-saham seperti SRIL, INKP, dan CEKA.

Chris menambahkan, sektor manufaktur khususnya industri dasar dan kimia memiliki peluang membaik di antara subsektor lain. Mengingat di masa pandemi Covid-19, subsektor ini mengalami terkoreksi yang dalam. Untuk subsektor barang konsumen, diperkirakan justru melambat, mengingat selama ini telah menjadi saham yang paling defensif.

Sementara untuk subsektor aneka industri, Chris bilang potensi pemulihannya akan paling lambat. Sebab, subsektor ini berisi saham-saham otomotif dan alat berat yang dianggap kurang dibutuhkan masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Hitachi dan ABB resmi bikin usaha patungan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×