Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Nilai tukar poundsterling langsung anjlok terhadap dollar AS dan euro pada Senin (6/4/2020) setelah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan telah dipindahkan ke intensive care unit (ICU) seiring kondisinya yang memburuk.
Melansir Reuters, Downing Street mengatakan Johnson masih sadar. Sebelumnya, Johnson dilarikan ke rumah sakit pada Minggu malam dan sudah menjalani serangkaian tes setelah mengalami gejala virus corona yang terus menerus, termasuk suhu tubuh tinggi, selama lebih dari sepuluh hari.
"Jika dia (Johnson) tidak mampu melaksanakan tugasnya, maka hal ini akan menciptakan sejumlah komplikasi, namun kita harus menanti apa yang terjadi," jelas Ilan Solot, analis FX Brown Brothers Harriman kepada Reuters.
Baca Juga: Gejala Covid-19 memburuk, Boris Johnson dipindah ke ruang perawatan intensif
Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, nilai tukar poundsterling anjlok ke level US$ 1,224 dari sebelumnya US$ 1,230 sebelum laporan tersebut. Itu artinya, sterling melemah 0,4% terhadap the greenback.
Sementara, euro mengalami penguatan menjadi 0,881 pence terhadap poundsterling, dari posisi 0,877 pence. Dengan demikian, penguatan euro mencapai 0,6%.
Inggris tidak memiliki rencana suksesi formal jika perdana menteri tidak bisa melaksanakan tugasnya. Akan tetapi, Johnson, 55 tahun, telah meminta Menteri Luar Negeri Dominic Raab untuk mewakili dia.
Baca Juga: Wabah corona merebak, bank di Inggris dihantui krisis
“Tidak jelas apa rencana suksesi darurat untuk perdana menteri. Pasar membenci ketidakpastian dan ini bukan pertanda baik untuk langkah selanjutnya dalam memerangi COVID-19 dan untuk negosiasi perdagangan Brexit di masa depan,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Pelemahan sterling terjadi karena pasar secara lebih luas mencerminkan selera risiko yang lebih kuat pada optimisme bahwa penyebaran virus corona baru di Amerika Serikat dan Eropa mulai mereda.
Baca Juga: Kasus kematian turun, Italia siap melonggarkan kebijakan lockdown
Gubernur New York dan New Jersey mengatakan pada hari Senin bahwa negara bagian mereka menunjukkan tanda-tanda tentatif dari mulai mendatarnya kurva wabah virus corona. Akan tetapi mereka memperingatkan terhadap ketidakpuasan ketika angka kematian nasional mencapai 10.000 dan jumlah kasus mencapai 350.000.
Negara-negara Eropa, termasuk Italia dan Spanyol yang terpukul parah, telah mulai melihat ke depan untuk mengurangi penguncian virus corona setelah penurunan angka kematian yang stabil.
Baca Juga: Asa, laju kematian akibat corona di Spanyol melambat empat hari berturut-turut
"Pergerakan mata uang hari ini mengikuti pedoman tingginya risiko yang ada," analis di Wells Fargo yang dipimpin oleh Erik Nelson mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Senin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News