kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pilih-Pilih Saham Menarik di Tengah Ancaman Resesi


Kamis, 29 September 2022 / 17:23 WIB
Pilih-Pilih Saham Menarik di Tengah Ancaman Resesi


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman resesi global menjadi isu yang santer berdengung belakangan ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut ekonomi global akan jatuh dalam jurang resesi pada 2023 mendatang.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mencermati, faktor yang mendorong ancaman resesi adalah tingginya inflasi di sejumlah negara, baik negara berkembang sampai negara maju.

Lonjakan inflasi ini juga terjadi karena harga kebutuhan masyarakat yang naik akibat terkereknya harga komoditas utama dunia, seperti batu bara dan minyak mentah. Ditambah, masalah geopolitik Ukraina-Rusia yang belum usai terus menopang kenaikan harga sejumlah komoditas.

Baca Juga: IHSG Turun 5 Hari Beruntun, BFIN, ARTO, GOTO Top Losers LQ45 Hari Ini (29/9)

Guna mengatasi lonjakan tingkat inflasi ini, beberapa bank sentral kompak menaikkan suku bunga bank, khususnya The Fed. Frankie bilang, kenaikan suku bunga ini cukup memukul perekonomian, selain itu turut menurunkan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS.

"Dengan faktor-faktor ini resesi global di tahun mendatang kemungkinan besar akan terjadi," ungkap dia kepada Kontan.co.id, Kamis (29/9).

Meski begitu, Frankie menilai ekonomi Indonesia masih cukup kuat untuk menghadapi resesi global bila dibandingkan dengan banyak negara lainnya. Hal ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus membaik, dengan tingkat inflasi yang terjaga.

Baca Juga: Mengukur Cuan Waran Terstruktur yang Mulai Dilirik Investor

Selain itu, sambung Frankie, Indonesia memiliki sumber daya alam khususnya komoditas seperti batubara, minyak bumi, CPO dan komoditas tambang mineral lainnya. Kondisi ini berbeda dengan negara yang minim sumber daya alam seperti negara-negara Eropa, sehingga sangat rentan jika terjadi resesi global.

"Untuk pasar modal Indonesia sementara ini masih cukup stabil mengingat sejumlah sektor utama saham-saham penopang IHSG masih menorehkan pertumbuhan pendapatan," ujar Frankie.

Misalnya saja saham-saham dari sektor batubara dan perbankan. Ke depannya, Frankie tak menampik resesi global bisa saja turut berdampak pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, ekonomi Indonesia masih cukup kuat bisa menjadi penopang IHSG dan menjadi daya tarik bagi investor baik domestik dan asing.

Dia menuturkan, support terdekat IHSG sekarang ini berada di 7.020. Sementara untuk target hingga akhir tahun nanti masih di level 7.355.

Baca Juga: Memilah Saham Saat IHSG Masih Lemah

Menuju pengujung tahun 2022, Frankie menjagokan saham sektor komoditas, yang diproyeksikan bakal menorehkan pertumbuhan pendapatan yang ditopang oleh harga komoditas dunia yang cukup tinggi walau sudah mengalami koreksi.

Adapun untuk pilihan sahamnya ada PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 5.000 per saham, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan target harga di Rp 2.500 per saham, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan target harga di Rp 8.000 per saham.

"Untuk sektor perbankan yang merupakan sektor yang menjadi proxy index juga menarik karena tingkat suku bunga Indonesia yang masih sangat terjaga," tambahnya.

Dari sektor perbankan, dia memilih saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 4.700 per saham, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan target harga di Rp 9.500 per saham, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan target harga di Rp 8.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×