Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Rencana PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) untuk mengakuisisi Pertamina Gas (Pertagas) mendapat sambutan positif dari para pelaku pasar modal. Langkah tersebut dianggap akan memberikan nilai tambah yang optimal bagi pengembangan infrastruktur gas dan pemanfaatan gas bumi daripada akuisisi PGN oleh Pertamina.
Analis Trust Securities Reza Priyambada mengatakan, akuisisi PGN terhadap Pertagas akan menciptakan konsolidasi dalam bisnis gas bumi di Indonesia. PGN dengan dengan pengalaman dan fundamental keuangan yang jauh lebih sehat memiliki kemampuan untuk mempercepat program konversi energi ke gas bumi yang digagas pemerintah.
"Akuisisi PGN terhadap Pertagas merupakan solusi tepat untuk mengembangkan sektor gas bumi nasional. Kebijakan ini juga lebih mudah diwujudkan mengingat fundamental PGN sangat solid dan didukung oleh kemampuan pendanaan eksternal yang lebih baik," ujarnya akhir pekan lalu (22/11).
Reza juga menilai bahwa keinginan Kementerian BUMN agar Pertamina mengakuisisi PGN sebagai langkah yang kurang tepat. Terbukti akibat isu tersebut, saham PGN di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengalami tekanan sepanjang pekan kemarin.
Sempat menyentuh level Rp 4.925 per saham (18/11), saham berkode PGAS ini sempat terpangkas hingga 5% di hari Kamis ke posisi Rp 4.675 per saham. Pada perdagangan akhir pekan lalu, saham PGAS berada di level Rp 4.800 per saham (22/11).
“Jika Pertamina mengakuisisi PGN, maka yang terjadi hanyalah sebuah diversifikasi bisnis saja bagi Pertamina,” katanya. Selain itu, fokus Pertamina di sektor hulu juga akan terganggu mengingat fundamental perusahaan minyak tersebut juga tidak lebih baik ketimbang PGN.
Analis BNI Securities Thendra Crisnanda menjelaskan, rasio debt equity ratio (DER) PGAS masih 0,5 kali. Dengan DER 1 kali, BUMN gas yang telah beroperasi sejak 40 tahun lalu ini memiliki ruang untuk pendanaan eksternal hingga US$ 1,24 miliar.
Dana sebesar itu ditambah dana kas dan setara kas PGN yang mencapai sekitar US$ 903 juta merupakan modal yang sangat besar bagi pembangunan infrastruktur gas bumi nasional.
Analis Capital Bridge Haryajid Ramelan menambahkan, PGN merupakan salah satu BUMN yang patut menjadi percontohan. Pasalnya, sejak go public di tahun 2003 nilai perusahaan ini terus meningkat dan mampu berkontribusi secara total dalam pembangunan infrastruktur gas bumi nasional.
Meski hanya dimodali pemerintah Rp 1,4 triliun sebelum go public, kini nilai kapitalisasi PGN telah mencapai lebih dari US$ 11 miliar.
PGN juga mampu membangun proyek pipanisasi dari Sumatera ke Jawa Barat dengan nilai investasi lebih dari US$ 1,3 miliar. Dalam kurun 10 tahun terakhir PGN telah mampu mengembangkan infrastruktur gas bumi hingga senilai lebih dari Rp 40 triliun.
"Sebagai BUMN, PGN memiliki governance yang cukup baik di mata investor. Sehingga ketika muncul isu akuisisi oleh Pertamina, para investor langsung bereaksi negatif. Reaksi ini adalah indikasi bahwa masuknya Pertamina dianggap kontra produktif dan justru mengancam bisnis PGN," ujar Haryajid.
Corporate Secretary PGN Heri Yusuf menegaskan, PGN siap untuk mengakuisisi Pertagas jika pemegang saham meminta perseroan untuk mengambil alih anak usaha Pertamina tersebut. "Prinsipnya PGN akan terus memaksimalkan setiap peluang untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Konsolidasi perusahaan gas milik negara merupakan salah satu opsi terbaik agar pengembangan gas bumi menjadi maksimal," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News