kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perusahaan Gas Negara (PGAS) berpotensi merugi di 2020, bisa untung tahun ini


Selasa, 16 Februari 2021 / 07:55 WIB
Perusahaan Gas Negara (PGAS) berpotensi merugi di 2020, bisa untung tahun ini


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Langkah PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) dalam menjaring laba bersih di sepanjang tahun ini tersandung kewajiban membayar pajak terutang ke Ditjen Pajak. Kinerja operasional di sepanjang tahun lalu yang masih menurun menambah beban PGAS dalam memperbaiki kinerja. Analis memproyeksikan kinerja PGAS di sepanjang tahun ini cenderung konservatif. 

Mengutip laporan keuangan hingga kuartal ketiga 2020, pendapatan PGAS tercatat menurun 23,5% secara tahunan menjadi US$ 2,15 miliar. Sementara, laba bersih menurun lebih dalam 58,75% secara tahunan menjadi US$ 3,26 juta. 

Penurunan kinerja tersebut diproyeksikan masih akan terjadi dalam laporan kinerja di sepanjang 2020. Hasan Barakwan Analis Sucor Sekuritas mengatakan dalam risetnya, manajemen PGAS menjabarkan bahwa kinerja di sepanjang 2020 masih akan menurun pada semua segmen.

Volume distribusi gas tercatat masih menurun 13% secara tahunan ke 838 bbtud. Angka tersebut berada 5% di bawah target PGAS dan 1% di bawah target Sucor Sekuritas untuk sepanjang 2020. 

Baca Juga: PGN (PGAS) siap modernisasi akses jaringan gas di sejumlah daerah

Hasan mengatakan manajemen menyebut kinerja distribusi volume gas yang menurun terjadi karena kebutuhan gas dalam berbagai sektor lainnya juga masih menurun.

Hasan menilai target pertumbuhan volume distribusi gas dari manajemen untuk 2021 cenderung konservatif. PGAS memproyeksikan pertumbuhan target volume distribusi gas sekitar 12% ke 894 bbtud-930 bbtud. Sementara, bisnis transmisi gas dan bisnis hulu diproyeksikan naik 11% dan 35% secara tahunan. 

PGAS menyiapkan capex yang lebih tinggi sekitar US$ 490 juta hingga US$ 620 juta pada tahun ini. Sebagai perbandingan, capex di tahun lalu sebesar US$ 201 juta. Hasan mengatakan penggunaan capex kemungkinan dialokasikan untuk mengembangkan bisnis hilir sekaligus mendukung pengembangan proyek pipa minyak mentah Rokan. 

Baca Juga: Perusahaan Gas Negara (PGAS) akan cicil utang pajak senilai Rp 3,06 triliun

Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus juga memproyeksikan pertumbuhan kinerja PGAS di 2020 cenderung flat. Namun, potensi kenaikan kinerja untuk sepanjang 2021 tetap ada. Sentimen positif datang dari data Purchasing Managers's Index (PMI) manufaktur Indonesia periode Januari 2021 yang naik 52,2 lebih tinggi dari periode bulan lalu yang sebesar 51,3. 

"Pebaikan manufaktur memberi gambaran bahwa ekspansi industri manufaktur mulai ada, kinerja PGAS di 2021 akan lebih baik seiring pemulihan ekonomi," kata Juan, Senin (15/2). 

Di samping itu tren kenaikan harga minyak juga Juan lihat akan memberi sentimen positif bagi penjualan minyak PGAS. Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Maret 2021, per Senin (15/2) mencapai rekor tertinggi di US$ 60,65 per barel. "Kenaikan harga minyak meningkatkan operasional pengangkutan minyak dan operasional bisnis hulu, jadi akan berdampak positif bagi PGAS," kata Juan. 

Dari operasional kinerja PGAS di tahun ini Juan proyeksikan tetap mampu tumbuh positif  meski intervensi pemerintah dalam mengatur harga gas bisa menurunkan margin. Di sisi lain Juan melihat dengan harga gas yang murah maka volume distribusi gas bisa meningkat.

Namun,  dari sisi laba bersih berpotensi tergerus karena kasus kekalahan PGAS dalam sengketa pajak. PGAS harus membayar sebesar Rp 3,06 triliun ke Ditjen Pajak sebagai bagian pajak terutang. "Kasus ini membuat potensial loss karena ada beban provisi sengketa pajak," kata Juan. 

Baca Juga: Ini rekomendasi saham PGN (PGAS) usai dinyatakan kalah sengketa pajak

Meski begitu, Juan menilai likuiditas PGAS masih aman. Tercatat, sepanjang sembilan bulan pertama 2020, PGAS mencatatkan posisi kas yang cukup solid, yakni US$ 1,2 miliar atau setara Rp 16,81 triliun. Posisi kas ini naik 14,8% dari posisi tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,04 miliar. Sementara itu, PGAS juga masih memiliki masih memiliki fasilitas standby loan yang mencukupi. 

Disamping adanya masalah sengketa pajak, kinerja operasional PGAS di tahun ini akan tetap berjalan lancar dan Juan optimistis kinerja PGAS di 2021 mampu lebih baik dibanding kinerja tahun lalu. Juan merekomendasikan beli di target harga Rp 2.000 per saham. 

Hasan memproyeksikan pendapatan PGAS di 2021 berpotensi tumbuh 8,04% ke US$ 3.572 miliar. Sementara, laba bersih juga berpotensi kembali catatkan untung sebesar US$ 174 juta dari tahun lalu yang diproyeksikan merugi US$ 36 juta. Hasan merekomendasikan hold PGAS dengan target harga Rp 1.450 per saham. 

Baca Juga: PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Menargetkan Penyaluran Gas Naik 12%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×