kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Pertumbuhan Pelanggan Lesu, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Telekomunikasi


Minggu, 22 September 2024 / 22:28 WIB
Pertumbuhan Pelanggan Lesu, Cermati Rekomendasi Saham Emiten Telekomunikasi
ILUSTRASI. Pelayanan pelanggan yang menggunakan SIM tertanam atau embedded SIM (eSIM) di XL Center Jakarta, Jumat (22/3/2024). Emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengklaim, dengan mengurangi produksi dan distribusi kartu SIM fisik dan menggantinya dengan eSIM dapat mengurangi sampah karbon dan dampak lingkungannya untuk mendukung pembangunan, investasi, atau bisnis yang berkelanjutan. Sejak pertama diluncurkannya awal tahun lalu, sudah ada lebih dari 300.000 pengguna eSIM XL sampai dengan Februari 2024. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan jumlah pelanggan yang diperkirakan stagnan pada semester II-2024 tengah jadi sorotan emiten telekomunikasi. Kendati demikian, beberapa perusahaan diyakini masih memiliki daya ungkit untuk menyesuaikan strategi pertumbuhan mereka dalam jangka pendek. 

Analis BRI Danareksa, Niko Margaronis mengatakan bahwa TLKM dan ISAT memastikan akuisisi pelanggan hanya berkontribusi kurang dari 5% terhadap pendapatan. 

Di tengah ketatnya persaingan, masing-masing emiten telekomunikasi punya cara tersendiri untuk menjaga pertumbuhan dan stabilitas pendapatan. 

Telkomsel, anak usaha TLKM telah mengurangi penawaran TSEL Lite sejak Juli 2024 dan ke depan mungkin akan menahan diri dari ekspansi agresif yang dapat menarik pengguna kelas bawah. 

"Langkah ini bertujuan untuk menghindari penurunan ARPU (Average Revenue Per User) atau rerata pertumbuhan pelanggan dan berpotensi mempengaruhi profitabilitas dan margin," jelas Niko dalam riset yang dipublikasi pada 17 September 2024.

 

Selain itu Telkomsel juga menghapus penawaran kuota dibawah 10GB/30 hari untuk menghindari penurunan pendapatan. 

Dengan pendekatan ini, Telkomsel diperkirakan akan mengalami penurunan pendapatan sekitar 0,5% hingga 1,0% pada kuartal ketiga 2024, akan tetapi dapat tumbuh antara 1,5% hingga 2,0% pada kuartal keempat 2024.

Sementara itu, Indosat milik ISAT menunjukkan potensi ARPU yang signifikan. Ini karena pelanggan yang melakukan pembelian melalui aplikasi menghasilkan ARPU sekitar Rp 55.000 dan operator ini aktif mempromosikan paket eSIM dan menawarkan berbagai promosi untuk menjaga level ARPU.

"Penawaran paket dari aplikasi BIMA+ dan IM3 menegaskan kapasitas jaringan Indosat yang kuat, ini dapat mendukung pertumbuhan pelanggan lebih lanjut," jelas Niko. 

Disisi lain, EXCL telah mengonfirmasi kenaikan harga rata-rata nasional 5% untuk setiap paketnya dan telah mendapat 900 ribu pelanggan pada kuartal kedua 2024. Namun penambahan tersebut masih memerlukan waktu untuk mencapai monetisasi yang optimal. 

"Dalam menghadapi periode permintaan yang lesu, Niko melihat penerapan kenaikan harga ini diharapkan dapat mendukung kinerja finansial perusahaan sambil tetap mempertahankan basis pelanggan yang ada," lanjut Niko. 

 

Sementara Analis CGS Sekuritas, Bob Setiadi mengaku terkejut dengan pertumbuhan pelanggan pada semester I 2024. Telkomsel hanya bertambah sekitar 500 ribu, padahal TSEL lite sudah diluncurkan sejak Februari tahun ini. 

Bob mengatakan ISAT dan EXCL telah mengerogoti pangsa pasar TSEL dengan memasuki pasar luar Jawa. Ini membuat ISAT dan EXCL berhasil mendulang pertumbuhan pelanggan, apalagi mereka masuk dengan harga awal yang lebih rendah dari TSEL. Indosat sendiri mampu bertambah 2,1 juta pelanggan dan XL sekitar 900 ribu pelanggan. 

Penambahan BTS

Sementara itu emiten sektor ini uga bisa memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi untuk memfasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dan jaringan operator atau biasa disebut base transceiver station (BTS). 

Dalam risetnya, Bob menghitung bahwa pendapatan seluler ISAT memiliki korelasi sekitar 90% terhadap total BTS, dibandingkan TSEL sebesar 70% dan EXCL sebesar 76%.

Pada tahun 2023, ISAT menambahkan 52,5 ribu BTS 2G dan 4G tambahan bersih, dibandingkan dengan TSEL yang sebesar 31,5 ribu dan EXCL sebesar 14,3 ribu. Hal membuat kecepatan unduh ISAT telah meningkat secara signifikan di area pedesaan.

 

Namun, pada pertengahan tahun ini TSEL kembali menambah 18,4 ribu BTS dibandingkan dengan ISAT 10,9 ribu dan EXCL 3,8 ribu. 

"Menurut pandangan kami ini menunjukkan bahwa TSEL berencana untuk mendapatkan posisi itu kembali," tulis Bob Setiadi dalam riset yang dipublikasikan pada 20 Agustus 2024

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menilai di tengah sentimen perlambatan konsumen, emiten telekomunikasi perlu mengubah strategi bisnisnya. Ini dilakukan dalam menghadapi persaingan dan menjaga profitabilitas. 

"Setidaknya untuk sementara ini harus menerapkan langkah efisiensi bisnis. Perlu menahan diri dari kebijakan ekspansi secara agresif, dengan menarik penggunaan kelas bawah yang mengakibatkan ARPU berkurang dan berpotensi mengurangi profitabilitas dan margin," kata Nafan kepada KONTAN, Jumat (20/9). 

Untuk TLKM dan EXCL bisa meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan layanan dan kecepatan internet, yang merupakan infrastruktur utama dalam komunikasi saat ini. Dengan demikian peningkatan kualitas layanan ini dapat memungkinkan kenaikan harga dan pada akhirnya meningkatkan margin dan profitabilitas perusahaan.

Nafan sendiri merekomendasikan Buy untuk TLKM dengan target harga Rp 3.700 per saham, kemudian untuk ISAT juga rekomendasinya adalah Buy dengan target harga Rp 12.000. Nafan juga merekomendasi Buy untuk emiten EXCL dengan target harga Rp 2.650. 

Baca Juga: Potensi Besar, Ramai-Ramai TLKM, EXCL, dan ISAT Perkuat Jaringan ke Luar Pulau Jawa

BRI Sekuritas mempertahankan peringkat overweight untuk sektor telekomunikasi. Indosat dipilih sebagai pilihan utama dengan rekomendasi Buy dan target harga Rp13.300, karena keunggulan dalam monetisasi.

Sementara itu, Telkomsel juga direkomendasikan Buy dengan target harga Rp4.250, karena valuasinya yang dinilai menarik. Risiko utama yang bisa menurunkan proyeksi ini adalah lemahnya permintaan dan kemungkinan munculnya kembali persaingan harga yang ketat.

Sementara CGS Internasional Sekuritas merekomendasikan Hold dengan target harga Rp 11.900 untuk ISAT. Kemudian untuk TLKM juga direkomendasikan Hold dengan target harga Rp 3.200 dan EXCL juga direkomendasikan Hold dengan target harga 2.350.

Selanjutnya: Sinar Mas Land Jawab Kebutuhan Area Komersial di BSD City dengan Produk Baru, XLane

Menarik Dibaca: Akun TikTok Diblokir Permanen Beserta Penyebab dan Cara Mengambalikannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×