Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah gagal mempertahankan keunggulan setelah The Federal Reserve mengeluarkan pernyataan hawkish. Kemarin, di pasar spot, valuasi rupiah turun 0,21% menjadi Rp 13.452 per dollar Amerika Serikat (AS). Bahkan dalam sepekan, rupiah anjlok 1,10%.
Serupa, kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) terkikis 0,19% ke level Rp 13.428 per dollar AS. Dalam sepekan, kurs tengah rupiah terkoreksi 0,94%.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pelemahan rupiah terjadi karena tren kenaikan pada bursa obligasi AS. Keperkasaan the greenback pun bertambah setelah The Fed menegaskan kenaikan suku bunga acuan akan dilakukan tiga kali di tahun ini.
Tambah lagi, The Fed menyebut target inflasi di negeri Paman Sam sebesar 2% dapat terealisasi dalam jangka menengah. Walaupun belum menyakinkan, tetapi ini sudah membuat rupiah melemah, ujar David, Jumat (2/2). Sebenarnya tak hanya rupiah, hampir sebagian besar mata uang Asia ambruk di hadapan dollar AS.
Tekanan eksternal itu membuat rupiah tak banyak terpengaruh oleh data inflasi Indonesia di Januari yang hanya 0,62%, di bawah perkiraan BI yang mencapai 0,73%.
Analis Global Kapital Investama Berjangka Nizar Hilmy menambahkan, rupiah terlihat mulai konsolidasi di pekan ini. Sepertinya rupiah tengah melakukan penyesuaian posisi setelah menguat cukup tajam, papar dia.
Menurut Nizar, pola demikian juga terjadi saat rupiah menyentuh level terendahnya pada September 2017. Ia memperkirakan, pelemahan rupiah masih berlanjut pada pekan depan. Hanya saja, kejatuhan mata uang garuda bisa sedikit tertahan jika data PDB Indonesia positif.
Nizar dan David memprediksi rupiah bergerak di rentang Rp 13.400–Rp 13.500 per dollar AS pada Senin nanti (5/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News