kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.403.000   -6.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.718   7,00   0,04%
  • IDX 8.657   -53,52   -0,61%
  • KOMPAS100 1.182   -11,11   -0,93%
  • LQ45 848   -7,02   -0,82%
  • ISSI 309   -1,55   -0,50%
  • IDX30 438   -4,20   -0,95%
  • IDXHIDIV20 507   -6,34   -1,24%
  • IDX80 132   -1,12   -0,84%
  • IDXV30 139   -1,90   -1,35%
  • IDXQ30 139   -1,98   -1,40%

Permintaan Semen Diproyeksi Naik Tahun Depan, Ini Saham Pilihan Maybank


Selasa, 09 Desember 2025 / 15:18 WIB
Permintaan Semen Diproyeksi Naik Tahun Depan, Ini Saham Pilihan Maybank
ILUSTRASI. Proses bongkar muat produk zak Semen Gresik untuk siap diangkut ke truk distribusi semen di Dermaga Terminal Khusus (Tersus) PT Semen Indonesia Tbk (SIG) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maybank Sekuritas Indonesia mempertahankan pandangan positif terhadap sektor semen nasional pada 2026. Pandangan tersebut lantaran permintaan semen Indonesia akan rebound di tahun 2026.

"Kami memperkirakan permintaan semen Indonesia akan rebound pada 2026, didukung pemulihan bertahap di segmen semen sak dan berbagai program pemerintah yang bisa memberikan tambahan volume signifikan,” ujar Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Kevin Halim dalam riset 8 Desember 2025.

Tak hanya itu, menurut Kevin, tekanan kompetitif dari pemain kecil mulai mereda, sementara upaya rasionalisasi harga oleh produsen besar menunjukkan disiplin industri yang membaik. Dengan valuasi yang kini mendekati titik terendah historis, dia melihat prospek risk–reward sektor ini semakin menarik.

Baca Juga: Permintaan Semen Menurun, Simak Rekomendasi Saham Indocement (INTP)

Kevin juga menilai, risiko saat ini cenderung mengarah ke atas (risks skewed to the upside) seiring potensi pemulihan permintaan setelah tahun 2025 yang menantang.

Hitungan Maybank Sekuritas, pertumbuhan laba sektor semen mencapai CAGR 17% pada 2026–2027, didorong neraca keuangan yang tetap solid berkat arus kas bebas yang kuat. Dalam laporannya, Kevin memindahkan top pick dari Indocement (INTP) ke Semen Indonesia (SMGR).

Menurut Kevin, eksposur SMGR terhadap proyek pemerintah lebih besar dan prospek pemulihan perusahaan dinilai lebih jelas. Meski demikian, INTP tetap disukai karena profitabilitasnya yang lebih unggul.

Kevin menyebutkan, sejumlah inisiatif pemerintah dapat menjadi pendorong utama permintaan semen pada tahun depan. Program tersebut antara lain Koperasi Desa Merah Putih, potensi peningkatan volume 1%–4%, program 3 juta rumah (+2%–10%), skema BSPS (+1%) dan pembangunan giant seawall (+1–6%)

Walau berpotensi besar, semua faktor ini belum dimasukkan ke dalam proyeksi dasar (base case) Maybank Sekuritas mengingat ketidakpastian eksekusi dan penyerapan anggaran. Kevin memproyeksikan permintaan domestik 2026 tumbuh 2% secara tahunan dari basis rendah 2025, dengan semen kantong (sak) naik 3% seiring membaiknya daya beli, sementara semen curah diperkirakan turun 1% akibat pemangkasan tajam anggaran IKN 2026.

Kevin menambahkan bahwa pemilu juga menjadi variabel penting. “Secara historis, permintaan semen biasanya rebound dalam 6–18 bulan pasca pemilu, ketika transisi pemerintahan selesai dan penyerapan anggaran proyek kembali cepat,” ujarnya.

Menurut Kevin, persaingan harga di industri semen kemungkinan mereda pada 2026 meski tingkat utilisasi pemain besar masih berada pada level suboptimal 40%–60%. Beberapa produsen kecil seperti SCG, Jui Shin, dan segera Singa Merah, telah beroperasi di atas 70% kapasitas sehingga tidak lagi agresif dalam perang harga.

Upaya kenaikan harga oleh SMGR dan INTP pada 2025 memang belum banyak berhasil karena reaksi kompetitor, namun Kevin melihat hal itu sebagai sinyal kuat bahwa kedua pemain besar bersungguh-sungguh mendorong rasionalisasi harga.

Menurut Kevin saat ini, sektor semen kini diperdagangkan pada valuasi sekitar 5,0x EV/EBITDA FY26E, atau 1,5 standar deviasi di bawah rata-rata 5 tahun, serta USD 30–40/ton untuk EV/capacity—diskon 60–70% dari biaya penggantian, dan merupakan titik terendah baru secara historis.

Baca Juga: Saham Semen di Tengah Lesunya Permintaan: Mana yang Layak Lirik?

“Valuasi saat ini bahkan setara dengan pasar yang secara struktural menurun seperti China dan Jepang,” jelas Kevin. Sebagai perbandingan, SCC Thailand dan Malayan Cement Malaysia yang dianggap paling sebanding dengan Indonesia diperdagangkan pada 6–8x EV/EBITDA.

Kevin menilai pasar terlalu pesimistis. “Indonesia tetap mencatat pertumbuhan PDB stabil sekitar 5%, dan konsumsi semen per kapita kita masih jauh di bawah negara tetangga. Kondisi ini tidak mencerminkan sektor yang rusak secara struktural,” tegas dia. 

Karena itu sektor semen masih dipandang positif dengan pilihan saham SMGR dengan target harga di Rp 4.500 dan saham INTP ditargetkan di Rp 8.800 per saham.  

Selanjutnya: Jababeka (KIJA) Pacu Pengembangan Kawasan TOD di Kota Mandiri Jababeka

Menarik Dibaca: Promo Guardian 9-10 Desember 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Aveeno-Listerine

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×