kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,47   7,72   0.86%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan Naik, Harga Nikel Diproyeksi Bertengger di US$ 30.000 Per Ton pada 2022


Kamis, 02 Juni 2022 / 07:49 WIB
Permintaan Naik, Harga Nikel Diproyeksi Bertengger di US$ 30.000 Per Ton pada 2022
ILUSTRASI. Nikel. REUTERS/Evgenia Novozhenina


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel masih terus mendaki. Melansir Bloomberg, per Selasa (31/5), harga nikel di bursa London Metal Exchange (LME) untuk kontrak tiga bulanan berada di level US$ 28.392 per ton. Harga ini naik 6,94% dari harga nikel sepekan lalu yang berada di US$ 26.550 per ton.

Goldman Sachs memprediksi harga nikel berpotensi naik ke US$ 36.500 per ton, namun kemudian akan merosot lagi ke level US$ 20.000-an per ton. Alasannya, saat ini ekspektasi pasar masih terbilang tinggi.

Analis DC Futures Lukman Leong memandang prospek nikel masih bagus ke depannya, didorong oleh permintaan kendaraan listrik alias electric vehicle (EV). Akan tetapi, ia bilang, untuk sementara ini idealnya harga nikel berada di kisaran US$ 20.000-30.000 per ton.

Lukman menilai, kenaikan harga nikel beberapa waktu lalu yang sempat sesaat mencapai US$ 100.000 dan menetap di level US$ 50.000 memang sudah berlebihan dan dimanfaatkan banyak produsen besar nikel untuk melakukan short selling hedge.

Baca Juga: Harum Energy (HRUM) Menuai Berkah Berkat Kenaikan Harga Komoditas

"Kenaikan harga nikel akhir-akhir ini juga disebabkan oleh sentimen secara umum pada harga komoditas. Prospek masih sangat bagus," tambahnya, Selasa (31/5).

Lebih lanjut Lukman menjelaskan, volatilitas pada pergerakan harga nikel sangat wajar, mengingat likuiditas dan volume tidak sebesar logam lain seperti emas. Kenaikan itu juga menyusul kenaikan pada komoditas logam lainnya sejalan dengan pelemahan besar pada dolar dalam sepekan terakhir ini.

Ia menuturkan, permintaan kendaraan listrik masih menjadi sentimen positif untuk pergerakan harga nikel. Namun, seiring naiknya permintaan, supply pun semakin meningkat. Ia menambahkan, harga wajar nikel berada di kisaran US$ 25.000- US$ 30.000 per ton untuk saat ini.

Lukman melihat permintaan nikel agak tertekan oleh lockdown China, dan memang dari sisi supply juga masih tinggi. 

"Tapi, Tesla yang mendominasi penjualan mobil listrik sudah akan mulai merestart produksi di Shanghai, ini akan mendukung harga nikel," tambahnya.

Untuk tahun ini, Lukman memproyeksi harga nikel akan berada di US$ 30.000 per ton.

Secara terpisah, Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures memproyeksi harga nikel akan berada di level US$ 20.000-US$ 40.000 per ton untuk jangka menengah. Jangka pendek berada di kisaran US$ 30.000 per ton dan jangka panjang di atas US$ 40.000 per ton.

Sementara ini, Wahyu menuturkan isu terkait supply chain dan geopolitik Rusia-Ukraina masih jadi masalah, yang memicu harga komoditas masih sulit turun.

Wahyu melanjutkan, banyak harga komoditas sudah dianggap terlalu mahal dan tidak rasional. 

Baca Juga: Indeks IDXV30 Paling Moncer, Simak Rekomendasi Saham Penghuninya

"Tapi itulah pasar, kondisi dimana berbagai upaya dan intervensi, termasuk pelarangan ekspor yang tujuannya demi kepentingan domestik, semuanya masih sulit menangkal harga dan bahkan malah semakin menaikkan harga, begitu juga dengan nikel," papar Wahyu.

Enam minggu sejak dimulainya krisis Rusia-Ukraina, kata Wahyu, harga komoditas telah mereda dari lonjakan awal mereka. Meskipun minyak, gas, gandum dan nikel berjangka tetap berada 20%-50% di atas tingkat sebelum krisis dan tidak menunjukkan tanda-tanda kembali lebih rendah sebelum krisis.

Selain itu, Wahyu menjelaskan bahwa inflasi juga berpengaruh dengan supply chain, yang berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa, logistik dan transportasi.

Secara fundamental, Wahyu menambahkan nikel merupakan komoditas penting bagi industri 4.0, terutama technology EV. "Hanya saja lonjakan kemarin memang abnormal. Salah satunya dipicu kepanikan pasar terkait geopolitik Rusia-Ukraina," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×