Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) mencatatkan pertumbuhan penjualan neto 19,44% year on year (yoy) menjadi Rp 120,26 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Pada periode sama 2018, penjualan neto ITIC adalah sebesar Rp 100,69 miliar.
Jika dirinci, terjadi peningkatan penjualan (sebelum dikurangi retur dan diskon) pada pasar lokal sebesar 20,28% yoy menjadi Rp 120,96 miliar, sedangkan penjualan luar negeri turun 20,30% ke Rp 1,57 miliar. Sebagai gambaran, segmen domestik mencakup 98,7% penjualan ITIC, sedangkan ekspor hanya 1,3%.
Baca Juga: United Tractors (UNTR) kembali revisi target penjualan alat berat tahun ini
Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, pertumbuhan penjualan dalam negeri ini didorong kenaikan permintaan, baik dari pasar lama seperti Papua dan Kalimantan Barat maupun pasar baru, seperti Flores, Kupang, dan Nusa Tenggara Timur.
"Produk kami dengan merek Anggur Kupu dan Lampion Lilin memperoleh kenaikan permintaan dari pasar lama, sedangkan dari pasar baru meminta produk dengan merek Manna," ucap Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (20/12).
Untuk pasar ekspor, Djonny menyatakan penjualannya tetap stabil. Penurunan yang tercatat per kuartal III-2019 tersebut hanya disebabkan penyesuaian waktu pengiriman. "Waktu itu hanya sedang menunggu jadwal kapal untuk mengirim produknya saja," kata dia.
Sebagai informasi, perusahaan ini sudah mendistribusikan produknya ke kawasan Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Jepang dengan merek Pohon Sagu, Butterfly, dan Papillon.
Baca Juga: MNC Kapital (BCAP) bailout sebesar Rp 35,28 miliar reksadana MNC Asset Management
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, hingga akhir 2019, perusahaan ini memproyeksi pendapatannya bisa tumbuh 26,38%-33,81% secara tahunan menjadi Rp 170 miliar-Rp 180 miliar.