Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah kembali berencana menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara pada Selasa (17/11). Analis menerawang, penawaran yang masuk berpeluang mencapai Rp 3 triliun - Rp 5 triliun.
Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, ada empat seri sukuk yang bakal dilelang. Pertama, seri SPN-S 04052016 yang akan jatuh tempo pada 4 Mei 2016 dengan imbalan diskonto.
Kedua, seri PBS006 yang tenggat waktunya 15 September 2020 dengan kupon 8,25%. Ketiga, seri PBS009 yang bakal jatuh tempo pada 25 Januari 2018 dengan imbalan 7,75%. Keempat, PBS011 yang tenggat waktunya 15 Agustus 2023 dengan kupon tetap.
Dana dari hasil lelang ditujukan untuk memenuhi sebagian target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015.
Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan memprediksi, pemerintah akan mencetak kelebihan penawaran alias oversubscribe 1,5 kali hingga 2,5 kali dari target indikatif Rp 2 triliun.
Sebab, permintaan yang masuk dalam empat lelang terakhir memang telah menunjukkan tren kenaikan. Ketidakpastian yang melanda pasar surat utang beberapa saat lalu sudah mereda.
Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serika (AS) pada pertemuan Desember 2015 telah bertambah dari semula 58% menjadi 70%.
"Sehingga permintaan aset dengan imbal hasil menarik dan bebas risiko seperti obligasi pemerintah mulai meningkat," terangnya.
Dalam lelang sukuk pekan depan, Ariawan menyarankan para investor untuk meminta yield yang relatif rendah agar dimenangkan oleh pemerintah. Sebab, target penerbitan surat utang Indonesia tahun 2015 sudah terpenuhi. Walhasil, posisi tawar menawar (bargaining position) pemerintah lebih besar.
"Jika investor meminta yield yang terlampau tinggi, tidak bakal diserap pemerintah," ujarnya.
Ariawan berpendapat, sukuk seri SPN-S 04052016 akan paling banyak diburu investor. Sebab, mayoritas investor sukuk umumnya bakal menggenggam instrumen tersebut hingga jatuh tempo alias hold to maturity. Makanya mereka lebih menggemari sukuk bertenor pendek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News