Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan yang besar melambungkan harga batubara ke posisi tertinggi. Di sisi lain, rencana Amerika Serikat (AS) yang akan menggenjot produksi demi kebutuhan pembangkit listrik dapat menambah suplai komoditas ini. Namun secara historis, kebutuhan global memang akan meningkat, sehingga sentimen dari AS tidak akan menganggu rally harga batubara.
Harga batubara Newcastle untuk kontrak pengiriman December 2017 di ICE Futures, Selasa (31/10) berada di posisi tertinggi sejak Juni 2013 di level US$ 98,60 per metrik ton. Harga ini naik 0,30% dari hari sebelumnya dan naik 30,08% sejak awal tahun.
Menguatnya harga batubara seiring dengan permintaan global yang terus mendaki dan turunnya suhu udara. "Sampai akhir September impor batubara China naik 13,7% yoy, dan ini sejalan dengan fluktuasi tahunan akibat musim dingin," jelas Deddy Yusuf Siregar, Research & Analyst Asia Tradepoint Futures kepada KONTAN, Rabu (1/11).
Sentimen positif harga batubara belum berhenti sampai di situ. Sejumlah negara Asia kemungkinan akan menambah permintaan batubara. Hingga tahun 2020, Vietnam diprediksi bakal membutuhkan 50 juta ton batubara dan pada 2030 bakal naik menjadi 80 juta ton. Sedangkan permintaan dari China dan India pada tahun 2035 dapat mengontribusi 64% kebutuhan global.
Dari AS, Menteri Energi Rick Perry menginginkan peningkatan aktivitas pembangkit listrik tenaga batubara dan nuklir. Hal ini merupakan respon terhadap langkah Presiden Donald Trump yang menarik AS dari perjanjian lingkungan Paris Treaty sekaligus janjinya meningkatkan aktivitas industri batubara.
"Dalam kampanyenya, Trump ingin menciptakan sekuritas untuk tenaga kerja, dengan menarik diri dari perjanjian ini memberikan kesempatan AS untuk meningkatkan tambangnya," jelas Deddy.
Memang, dalam periode April-Juni tahun ini, Energy Information Administration (EIA) mencatat produksi batubara AS menanjak 16,30% yoy menjadi 187,08 juta ton. Walau AS berpotensi menambah suplai batubara, permintaan negara-negara lain dalam persiapan menuju musim dingin tidak akan mempengaruhi apresiasi harga batubara. Pasalnya, baik China maupun AS tetap restocking untuk menjaga persediaan.
Atas sentimen tersebut, Deddy melihat arah harga batubara bakal terus mendaki. Secara teknikal ia melihat indikator moving average (MA) 50, 100 dan 200 berada di area atas. Moving average convergence divergence di area positif, relative strength index di level 65 dengan potensi menguat. Hanya stochastic di area 93 yang menunjukkan sinyal rawan koreksi.
Untuk besok, Deddy memperkirakan harga batubara akan bergerak di US$ 98,00-US$ 99,30 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan, harga bakal bergerak di US$ 97,50-US$ 99,50 per metirk ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News