Reporter: Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rupiah, pekan ini, bergerak dalam rentang sempit. Di pasar spot, USD/IDR, Jumat (12/11), ditutup senilai 9.585, atau melemah 0,20% dibanding dibanding posisi awal pekan. Kurs tengah dollar AS di Bank Indonesia (BI), adalah Rp 9.605 atau menguat 0,15% dari nilai di awal minggu.
Veni Kriswandi, Head of Trading Commonwealth, mengungkapkan, pergerakan rupiah dalam batasan yang wajar, kendati USD/IDR sempat melambung ke 9.630. Penguatan itu dinilai belum merisaukan, karena inflow di saham masih positif.
Kepemilikan asing di obligasi pemerintah juga meningkat, hampir mencapai Rp 3 triliun. "Rupiah terkoreksi karena permintaan dollar AS dari perusahaan asing yang ada di Indonesia sedang tinggi," kata dia.
Sepekan ini, Veni melihat, BI kerap melakukan intervensi setiap kali pairing USD/IDR bergerak di kisaran 9.585-9.610. Untuk pekan depan, arah pergerakan USD/IDR lebih banyak ditentukan faktor domestik daripada faktor global.
Sejumlah perusahaan asing perlu menukarkan dollar ke dalam rupiah untuk biaya operasional. Hal itu akan meniupkan sentimen positif bagi rupiah. Sebaliknya, importir juga membutuhkan dollar AS untuk membayar letter of credit (LC), sehingga permintaan the greenback akan naik.
Wahyu Tribowo Laksono, pengamat komoditas dan pasar uang menuturkan, kondisi Amerika dan Eropa mulai pulih. Arus hot money yang berada di Indonesia agak berkurang, hingga laju rupiah tertahan. Namun, pelemahan rupiah ini masih terbatas. Ia optimistis rupiah mampu bangkit di akhir tahun hingga USD/IDR jatuh menjadi 9.300. “Pelemahan rupiah belum memasuki area negatif karena ekonomi masih cukup stabil,” ujar Wahyu. Ia memprediksi, rupiah akan mengawali pekan depan di kisaran 9.560-9.640.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News