kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Permintaan China Meningkat, Harga Batubara di Semester II Berpotensi Melonjak


Selasa, 16 Juli 2024 / 19:24 WIB
Permintaan China Meningkat, Harga Batubara di Semester II Berpotensi Melonjak
ILUSTRASI. Pekerja mengoperasikan alat berat saat bongkar muat batu bara ke dalam truk di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Priok, Kamis (3/2/2022). Pemerintah resmi membuka kembali keran ekspor batu bara per 1 Februari 2022, namun hanya diberikan untuk perusahaan yang telah memenuhi kewajiban persentase penjualan untuk kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) dan telah menyampaikan surat pernyataan bersedia membayar denda atau dana kompensasi atas kekurangan DMO pada 2021. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga batubara di semester kedua akan disetir oleh permintaan dan produksi yang meningkat dari China. Mahalnya harga gas alam turut menjadi peluang batubara sebagai substitusi bahan bakar.

Pengamat Komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono, mengatakan, secara umum berbagai faktor masih mendukung harga komoditas energi. Terkhusus batubara, harga komoditas ini sangat dipengaruhi oleh China.

“Tiongkok adalah konsumen dan produsen batubara teratas di dunia. Tahun lalu mereka menghasilkan rekor 4,5 miliar metrik ton,” ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (16/7).

Baca Juga: Melonjak Signifikan, Realisasi Investasi Minerba Tembus US$ 15,92 Miliar per Mei 2024

Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional China (NDRC) bisa membuat kebijakan intervensi seperti contohnya aturan jam kerja, aturan ekspor impor, hingga aturan keuangan bagi pertambangan batu bara.

Wahyu melanjutkan, terlepas kebijakan energi hijau atau green energy, prospek batubara dalam jangka panjang masih sangat potensial. China sebagai konsumen utama batubara akan membangun sistem produksi batubara cadangan pada 2027 untuk menstabilkan harga dan mengamankan pasokan batubara.

Adapun selama bulan Mei 2024, harga batubara di wilayah Asia Pasifik terpantau mengalami kenaikan. Ini didorong oleh kombinasi peningkatan konsumsi, serta tingkat produksi yang rendah. Selanjutnya, harga dipengaruhi oleh penurunan output dari negara-negara pengekspor, berkontribusi pada kenaikan harga secara keseluruhan.

“Permintaan untuk batubara melebihi pasokan yang tersedia, menciptakan situasi di mana pasokan tidak dapat bersaing dengan meningkatnya permintaan. Ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan ini turut menyebabkan kenaikan harga batubara di seluruh wilayah,” imbuh Wahyu.

Baca Juga: Harga Biodiesel Meningkat, Dana Brata Luhur (TEBE) Jaga Kinerja Operasi

Selain itu, harga batubara Australia juga melonjak karena permintaan yang lebih kuat dari beberapa negara Asia, termasuk Thailand, Filipina, dan Vietnam, yang mengalami rekor gelombang panas yang mendorong konsumsi energi meningkat. Peningkatan permintaan juga datang dari Jepang.

Namun demikian, Wahyu tak menampik bahwa harga batubara mengalami kemerosotan dalam setahun terakhir. Secara fundamental koreksi harga disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang melambat dan harga gas yang lebih rendah, sehingga berdampak negatif terhadap permintaan batu bara di sektor listrik.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×