kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.969.000   -22.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.875   -5,00   -0,03%
  • IDX 6.613   -20,90   -0,32%
  • KOMPAS100 952   -3,65   -0,38%
  • LQ45 742   -2,91   -0,39%
  • ISSI 210   0,12   0,06%
  • IDX30 386   -1,41   -0,36%
  • IDXHIDIV20 465   -1,90   -0,41%
  • IDX80 108   -0,27   -0,25%
  • IDXV30 113   -0,30   -0,26%
  • IDXQ30 127   -0,67   -0,52%

Peringkat Saham Indonesia Naik Kelas, IHSG Bisa Melaju ke 7.000?


Kamis, 24 April 2025 / 15:14 WIB
Peringkat Saham Indonesia Naik Kelas, IHSG Bisa Melaju ke 7.000?
ILUSTRASI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/16/04/2025. Perusahaan perbankan investasi dan jasa keuangan, UBS Group AG menaikkan peringkat saham Indonesia menjadi overweight.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan perbankan investasi dan jasa keuangan, UBS Group AG menaikkan peringkat saham Indonesia menjadi overweight. Mengutip laporan Bloomberg pada Kamis (24/4), keputusan ini didorong oleh kualitas fundamental domestik serta karakter pasar yang relatif defensif.

"Indonesia dinaikkan ke overweight berkat valuasi rendah dan dukungan domestik yang defensif pasca Covid-19," tulis laporan tersebut, Kamis (24/4).

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, sependapat bahwa banyak saham domestik saat ini berada dalam kondisi undervalued. Menurutnya, tingginya ketidakpastian global serta pelemahan rupiah membuat valuasi saham kembali mendekati level seperti saat masa pandemi.

Ia menyoroti saham-saham perbankan seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), kini mencatat price to earnings ratio (PER) di bawah rata-rata industri maupun rata-rata tiga tahun terakhir.

BBNI saat ini memiliki PER sebesar 7,14x, lebih rendah rata-rata tiga tahun yang mencapai 8,92x. BBRI mencatatkan PER 9,38x, di bawah rata-rata tiga tahun 12,92x. Kemudian, BMRI berada di PER 8,12x, lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebesar 10,69x.

Baca Juga: Performa IHSG Makin Menghijau, Ini Sentimen Penggeraknya

Sementara rata-rata industri berada di angka 10,16x, menjadikan ketiga saham perbankan tersebut tampak cukup menarik secara valuasi.

Menurutnya, valuasi ini memang menjadi sentimen yang dapat menarik investor jangka panjang untuk masuk ke pasar saham.

"IHSG di 2025 bisa bergerak cenderung sideways sehingga sekarang diproyeksikan bisa bergerak di 6.800-7.200," kata Indy kepada Kontan, Kamis (24/4).

Dalam situasi saat ini, Indy merekomendasikan akumulasi saham-saham perbankan seperti BMRI dengan target jangka panjang di level Rp 6.100, BBNI dengan target Rp 5.000, dan BBRI di Rp 5.250.

Selain sektor perbankan, saham konsumer terutama di sub sektor sawit juga menarik, seperti PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) yang diperkirakan bisa mencapai target harga Rp 1.000.

Ekonom Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menilai bahwa peningkatan peringkat saham Indonesia oleh UBS, yang menyebut pasar domestik undervalued seperti di masa pandemi Covid-19 memang memiliki dasar yang kuat. 

Menurutnya, saat ini banyak saham yang diperdagangkan di bawah rata-rata valuasi lima tahun terakhir. Bahkan, sejumlah saham blue chip mengalami penurunan valuasi tanpa diiringi pelemahan kinerja fundamental perusahaan.

Felix mencontohkan, saat ini banyak saham yang masih tergolong undervalued, khususnya dari kelompok bank Himbara, Telkom Indonesia (TLKM), serta saham-saham berbasis komoditas.

Namun, Felix menekankan bahwa situasi saat ini berbeda dengan masa pandemi. Jika pada era Covid tekanan lebih banyak bersumber dari dalam negeri, kali ini tantangan utama berasal dari faktor eksternal dan ketidakpastian arah kebijakan global. Dus, pemulihan pasar saham dinilai akan berlangsung lebih selektif. Panin Sekuritas sendiri memproyeksikan IHSG akan berada di level 7.072 pada tahun 2025.

Untuk strategi investasi, Felix menyarankan agar pelaku pasar fokus pada sektor-sektor yang bersifat defensif dan berorientasi pada konsumsi domestik, seperti perbankan besar, barang konsumsi dasar, utilitas, serta sektor telekomunikasi. 

Di sisi lain, sektor emas dan energi juga layak diperhatikan karena sedang mendapat dorongan positif dari tren kenaikan harga komoditas global.

"Dalam kondisi seperti ini, seleksi saham berbasis fundamental dan sentimen domestik jadi kunci utama untuk bertahan dan menangkap peluang," ujar Felix kepada Kontan, Kamis (24/4).

Dalam laporan Bloomberg tersebut juga disebutkan bahwa UBS menaikkan peringkat saham India menjadi netral dari sebelumnya underweight. Kenaikan ini disebabkan oleh pasar India yang memiliki fokus domestik tinggi dan ketahanan laba. 

Sentimen pendukung lainnya berasal dari perbankan India yang bersedia menurunkan suku bunga deposito meski pertumbuhannya lemah serta adanya potensi dukungan pemerintah untuk konsumsi. 

Namun, UBS belum memberikan peringkat overweight karena fundamental saham India masih lemah dan arah kebijakan belum jelas. Ditambah lagi, valuasi India dinilai masih tinggi dan belum jadi pemenang dalam pergeseran rantai pasok global.

Oleh karenanya, UBS tetap lebih memilih China dibanding India terkait risiko dan imbal hasil.

Baca Juga: IHSG Dibuka Menguat 0,57% ke 6.672, Top Gainers LQ45: MDKA, ANTM, INCO, Kamis (24/4)

Selanjutnya: Gunung Raja Paksi (GGRP) Pasang Target Moderat pada 2025

Menarik Dibaca: Cerah Sepanjang Hari tapi Hujan di Sini, Cek Ramalan Cuaca Besok (25/4) di Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×