Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak selamanya yang besar selalu jadi pemenang. Kondisi ini menggambarkan performa saham dengan kapitalisasi jumbo (big cap) yang justru relatif lebih lemah dibanding saham berkapitalisasi medium atau malah small cap.
Saham-saham di papan utama mencatatkan penurunan harga 7,17% sejak awal tahun. Berbeda dengan papan utama, harga saham yang tercatat di papan pengembangan cuma turun 0,42%.
Etta Rusdiana Putra, analis Kresna Sekuritas, menuturkan, hal itu terjadi karena ada karakteristik yang berbeda antara saham di papan utama dan di pengembangan. Saham di papan utama secara umum merupakan perusahaan dengan nilai perusahaan yang besar.
Alhasil, bisnisnya dipengaruhi kondisi makro. Sentimen makro lantas menyetir fundamental perusahaan dan menggerakkan harga sahamnya. Kondisi berbeda terjadi di saham papan pengembangan, yang diisi oleh perusahaan yang relatif lebih kecil. "Pergerakan small medium company bergantung pada ekspektasi pertumbuhan pendapatan dan juga berbagai strategi aksi korporasi yang akan berpengaruh ke internal perusahaan," kata Etta kepada KONTAN, Kamis (26/7).
Nah, saat ini, tekanan sentimen asing ke makro ekonomi dalam negeri dan pasar modal masih cukup kuat. Akibatnya, pergerakan saham dengan kapitalisasi besar, terlebih blue chip, cenderung terbatas.
Alhasil, investor memilih melakukan rebalancing portofolio dengan masuk ke saham medium cap atau small cap. Investor juga cenderung melakukan transaksi dengan termin waktu yang lebih pendek.
Tetap menarik
Sentimen yang datang dari luar negeri juga membuat investor asing sempat ramai-ramai menarik dananya. Sudah menjadi kebiasaan, ketika terjadi gejolak, investor asing melepas saham dengan kapitalisasi besar, sehingga saham itu mengalami penurunan yang cukup besar.
Sebaliknya, saham-saham itu yang akan pertama kali diburu investor asing ketika sentimen berbalik positif. "Hal inilah yang menyebabkan pelaku pasar saat ini lebih menyukai trading di saham-saham second liner dan third liner," ujar Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas.
Meski demikian, tak selamanya tekanan merupakan sesuatu yang negatif. Malah, tekanan bisa memberikan peluang cuan.
Menurut Nafan, tekanan yang terjadi terus menerus membuat beberapa saham sudah berada di level bottom dengan valuasi yang murah. Bahkan, kondisi tersebut sejatinya sudah mulai terlihat sejak akhir bulan lalu. "Padahal jika dilihat secara fundamental, kinerja emiten itu justru cenderung memperlihatkan kenaikan," jelas Nafan.
Menurut dia, saham BBNI, BBRI, BBCA, BMRI dan BBTN merupakan saham murah dari sektor keuangan. Sedang dari sektor barang konsumer ada saham GGRM, HMSP, ICBP dan INDF. Saham HRUM, INCO, ADRO dan ANTM. juga menarik untuk sektor pertambangan.
Etta menjagokan saham TLKM dan EXCL. Meski demikian, Etta tetap menyarankan investor mencermati perkembangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News