Reporter: Chindy Puri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perebutan dana asing di kawasan ASEAN bakal semakin ketat. Sebab, di pengujung tahun ini, bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve kemungkinan akan mengerek suku bunga acuannya. Hal ini bisa memicu keluar dana asing (capital outflow) dari pasar saham negara ASEAN, termasuk Indonesia.
Di Bursa Efek Indonesia, sejak awal tahun ini hingga kemarin, investor asing sudah mencatatkan penjualan bersih (net sell) senilai Rp 29,47 triliun, atau setara US$ 2,14 miliar. Sejatinya, tak hanya pasar saham Indonesia yang kehilangan dana asing. Pasar Thailand juga mengalami kendala serupa.
Tahun ini, investor asing di pasar saham Thailand mencatatkan net sell US$ 380,91 juta. Sedangkan di Filipina, asing membukukan pembelian bersih (net buy) senilai US$ 1,04 miliar.
Meski menjauhi pasar saham Indonesia, asing masih betah mendiami pasar obligasi pemerintah. Hingga Jumat (17/11) pekan lalu, kepemilikan asing di pasar obligasi negara sudah mencapai Rp 815,49 triliun. Jumlah ini bertambah Rp 149,68 triliun dibandingkan posisi awal tahun yang senilai Rp 665,81 triliun.
Selain bunga The Fed, asing tentu akan mempertimbangkan faktor lain dalam menempatkan dananya di sebuah negara. Parameter yang bisa dijadikan acuan antara lain peringkat utang negara tersebut. Soal peringkat utang, posisi Indonesia memang kurang strategis. Berdasarkan hasil pemeringkatan tiga lembaga rating internasional (Standard & Poor's, Moody's Investors Service dan Fitch Ratings), peringkat Indonesia masih di bawah empat negara lainnya di ASEAN.
Meski demikian, Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman melihat, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dan konsisten. Meski ekonomi tidak tumbuh signifikan, grafiknya tetap meningkat.
Di pasar obligasi, pemerintah juga berkomitmen kuat untuk membayar kewajibannya, sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif di pasar. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi investor asing. Keunggulan lainnya, Indonesia memiliki populasi terbanyak di ASEAN. "Ini adalah pasar yang menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, terutama di sektor riil," jelas Norico, kemarin.
Vice President Research Department Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya menambahkan, kondisi demografi di Indonesia cukup strategis dan dapat menarik perhatian investor asing. Kondisi ini menunjukkan potensi dan permintaan konsumer di Indonesia.
Meski peringkat utang Indonesia masih berada di bawah empat negara ASEAN, pasar finansial di Tanah Air sudah mendapatkan predikat layak investasi (investment grade) oleh tiga lembaga pemeringkat. Ini berarti tingkat risiko investasi di Indonesia semakin menurun dan peluang investasi menjadi lebih menarik.
Norico melihat peluang dana asing untuk masuk masih cukup besar. Usaha pemerintah dalam menggalakkan pembangunan infrastruktur dan industri diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi para investor asing.
Namun, ada tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah agar pemodal asing melirik pasar Indonesia. Pertama, pemerintah harus menjaga iklim investasi yang kondusif. Kedua, menjaga stabilitas politik yang cukup baik. Ketiga, pemerintah perlu memberikan kemudahan perizinan untuk kepentingan investasi.
Tahun depan, Norico memprediksi asing akan kembali masuk pasar modal Indonesia. "Banyak korporasi menerbitkan obligasi sehingga asing akan melirik korporasi yang memberi kupon cukup bagus," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News