Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten bersiap mencari pendanaan dari pasar modal di awal tahun ini. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada delapan surat utang atau obligasi maupun sukuk yang akan dirilis dengan nilai mencapai Rp 4,48 triliun.
Selain itu, ada tujuh perusahaan yang akan melakukan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue.
Salah satu perusahaan yang telah mengungkapkan target dana dari rights issue adalah PT Stead Fast Tbk (KPAL). Perusahaan ini ingin menggalang dana segar Rp 100 miliar dari rights issue di kuartal II-2020.
Baca Juga: PP Properti berencana terbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I Rp 1,2 triliun
Dua alternatif pendanaan tersebut bisa dibilang cukup diminati oleh para emiten. Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan pencarian dana ini sejalan dengan harapan adanya pemulihan ekonomi di tahun ini setelah ada kesepakatan damai perang dagang Amerika Serikat (AS) – China.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mulai membaik. Prospek pendanaan dari saham maupun obligasi diperkirakan membaik seiring dengan prospek ekonomi,” jelas Nico kepada Kontan.co,id, Senin (6/1).
Situasi pasar yang kondusif bagi penerbitan obligasi pun dapat dilihat dari beberapa indikator berikut. Pertama, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) yang rendah menyebabkan Credit Default Swap (CDS) menurun. Ini memberikan indikasi risiko di Indonesia menjadi rendah. Kedua, kurs rupiah yang mulai stabil direntang Rp 14.000 akan menjadi bekal yang bagus di tahun ini.
Ketiga, inflasi stabil yang berpotensi untuk menjaga tingkat suku bunga untuk tetap atau justru mengalami penurunan. Nico bilang, meskipun potensinya kecil untuk turun, namun bukan mustahil bunga akan kembali dipangkas tahun ini.
Baca Juga: Ada Lima Perusahaan Harus Membayar Obligasi Jatuh Tempo Bulan Ini
“Karena tingkat suku bunga turun, otomatis imbal hasil SUN akan turun yang membuat kupon obligasi korporasi menjadi lebih murah,” jelas Nico.