Reporter: Namira Daufina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Harga gas alam terus merosot sejak awal pekan atau selama empat hari terakhir. Suhu udara yang tengah berada dalam masa peralihan membuat permintaan gas alam belum pulih. Dan efeknya, harga gas alam terus terkikis.
Mengutip Bloomberg, Kamis (7/5) pukul 14.45 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Juni 2015 di New York Merchantile Exchange menukik tipis 0,36% ke level US$ 2,76 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga gas alam masih naik tipis 0,36%.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menjelaskan bahwa meski harga terus turun namun level harga ini masih tergolong tinggi dibanding harga gas alam beberapa waktu terakhir. Hanya saja peralihan cuaca dari musim dingin ke semi masih belum sepenuhnya terjadi di Amerika Serikat.
“Permintaan berkurang karena penggunaan gas alam masih minim,” jelas Ibrahim. Hal ini menyusul laporan MDA Weather Service yang menyatakan bahwa suhu di atas normal wilayah Timur akan berkurang pada lima minggu ke depan, sedangkan wilayah pusat terlihat masih mengalami suhu di bawah normal.
Biasanya gas alam digunakan ketika cuaca panas untuk penggunaan AC dan cuaca dingin untuk penghangat ruangan. Sementara musim semi, cuaca biasanya hangat yang efeknya penggunaan alat elektronik pengatur suhu udara akan minim.
Akibat dari peralihan cuaca ini, stok gas alam AS masih tergolong tinggi. Walaupun rilis data cadangan gas alam Energy Information Administration (EIA) mingguan AS pada Kamis (7/5) malam diprediksi menurun dari 81 miliar kaki kubik menjadi 75 miliar kaki kubik. Pasalnya angka ini masih lebih tinggi dari rata-rata cadangan gas alam AS dalam lima tahun terakhir yakni 68 miliar kaki kubik.
Berdasarkan data LCI Energy, pengiriman gas alam ke konsumen juga turun 15% minggu ini menjadi rata-rata 53,7 juta kaki kubik per hari. Rata-rata pengiriman ini turun dari pengiriman minggu lalu yang berakhir pada Jumat (1/5) yakni 63,4 juta kaki kubik per hari.
Tidak hanya itu, perekonomian global yang lesu masih menjadi penekan utama harga gas alam di pasar. “Masalah Yunani yang belum selesai dan pelemahan ekonomi China jadi beban utama,” papar Ibrahim.
Belum ditemukannya kata sepakat dalam permasalahan utang Yunani yang mendekati tenggat waktu pembayaran yakni Senin (11/5) menyeret perekonomian Eropa dalam keterpurukan. Sedangkan rilis data HSBC Manufacturing PMI China April 2015 yang merosot jadi 48,9 dari prediksi 49,4 menegaskan resisi ekonomi China belum berakhir.
Hal ini berpengaruh pada pergerakan harga gas alam di pasar. Sebabnya, Eropa dan China diketahui merupakan dua negara konsumen terbesar gas alam setelah AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News