kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.777.000   23.000   1,31%
  • USD/IDR 16.870   0,00   0,00%
  • IDX 5.968   -28,15   -0,47%
  • KOMPAS100 844   -3,39   -0,40%
  • LQ45 669   1,60   0,24%
  • ISSI 186   -0,64   -0,35%
  • IDX30 353   0,28   0,08%
  • IDXHIDIV20 432   5,08   1,19%
  • IDX80 96   -0,04   -0,04%
  • IDXV30 101   -0,42   -0,41%
  • IDXQ30 118   1,53   1,32%

Penurunan Rupiah Makin Dalam, Pemerintah Terus Monitor Pergerakan Rupiah


Kamis, 19 Desember 2024 / 17:04 WIB
Penurunan Rupiah Makin Dalam, Pemerintah Terus Monitor Pergerakan Rupiah
ILUSTRASI. Di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 16.313 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Kamis (19/12), melorot 1,32% dari sehari sebelumnya


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah makin merosot terhadap dolar AS. Di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 16.313 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Kamis (19/12), melorot 1,32% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.098 per dolar AS.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah saat ini terus mengamati pergerakan nilai tukar rupiah.

“Kita monitor, rupiah di APBN juga sudah ada angka (Rp 16.000 per dollar AS di APBN 2025), jadi kita monitor saja,” tutur Airlangga kepada awak media, Kamis (19/12).

Airlangga mengakui, melemahnya nilai tukar rupiah pekan ini lantaran indeks dolar yang terus menguat, sehingga menyebabkan pergerakan nilai tukar rupiah naik turun atau tidak stabil.

Baca Juga: Rupiah Spot Anjlok 1,32% ke Rp 16.313 Per Dolar AS, Kamis (19/12), Terlemah di Asia

Sebelumnya, Research & Development Trijaya Pratama Futures Alwi Assegaf meramal, nilai tukar rupiah berpotensi tertekan hingga mencapai level Rp 16.400 per dolar AS pada tahun 2025.

Rupiah melemah dipicu kondisi eksternal dari Amerika Serikat telah menjadi kekhawatiran pelaku pasar. Hal itu karena The Fed kemungkinan bakal memperlambat laju pemangkasan suku bunga di tahun 2025.

The Fed diperkirakan tidak akan memangkas suku bunga sejumlah 100 basis poin (bps) di tahun depan seperti yang diproyeksikan sebelumnya.

Skenario ini didasarkan pada antisipasi kebijakan Donald Trump yang dikenal pro pertumbuhan dan berpotensi mengerek inflasi, sehingga The Fed mungkin lebih hati-hati pangkas suku bunga.

‘’Dengan suku bunga The Fed yang masih relatif tinggi, kemungkinan aliran dana itu masih banyak yang mengalir ke Amerika Serikat,’’ ucap Alwi saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (18/12).

Alwi menjelaskan, suku bunga Fed yang bertahan tinggi dapat menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi AS mengalami kenaikan. Ketika yield obligasi AS naik, maka imbal hasil obligasi yang ditawarkan emerging market seperti Indonesia sudah tidak menarik lagi, yang berpotensi memicu arus keluar (outflow) dan pada akhirnya menekan rupiah.

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 1,09% ke Rp 16.277 Per Dolar AS pada Kamis (19/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×