kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Penurunan harga CPO kian terbatas


Kamis, 06 November 2014 / 10:00 WIB
Penurunan harga CPO kian terbatas
ILUSTRASI. Manfaat buah jeruk untuk kesehatan tubuh.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARta. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) rontok, setelah naik tajam pada awal pekan ini. Penurunan harga minyak nabati ini terpicu spekulasi lonjakan stok di Malaysia. 

Data Bloomberg menunjukkan, Rabu (5/11) pukul 16.00 WIB, CPO untuk kontrak pengiriman Januari 2015 di Malaysia Derivative Exchange turun 2,2% dibandingkan hari sebelumnya menjadi RM 2.258 atau setara US$ 674,13 per metrik ton (MT). 

Koreksi harga minyak sawit sudah berlangsung selama dua hari. Padahal, Senin (3/11), CPO sempat bertengger di level tertinggi sejak Juli 2014, yaitu RM 2.336 per MT.
Sejumlah analis dan trader yang disurvei Bloomberg memprediksi, stok minyak sawit Malaysia bulan Oktober bertambah 2,4% menjadi 2,14 juta ton. Namun, produksi selama Oktober diperkirakan turun, pasca mencetak rekor 2,03 juta ton per Agustus lalu.

Dorab Mistry, Direktur Godrej International Ltd, memperkirakan, persediaan akan mencapai puncak pada bulan Oktober. "Tapi, musim penurunan produksi, dan tingginya permintaan jelang Natal dan Tahun Baru Imlek bisa mengerek harga," ujarnya kepada Bloomberg, Rabu (5/11). 

Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, koreksi harga minyak sawit mengekor penurunan harga produk substitusinya, yaitu kedelai. Harga kedelai yang murah memicu pelaku pasar lebih tertarik mengonsumsi minyak kedelai ketimbang CPO. 

"Secara fundamental, permintaan malah disinyalir lesu, karena ada ancaman perlambatan ekonomi China," ungkapnya. Maklum, Tiongkok merupakan konsumen CPO terbesar kedua setelah India. 

Meski bergerak turun, menurut Zulfirman, koreksi harga mulai terbatas. CPO mendapat dukungan dari kebijakan Malaysia yang meniadakan pajak ekspor, serta memperbesar porsi CPO untuk biodiesel dari 5% menjadi 7% per November. 

Sementara Analis MNC Securities Dian Agustina menilai, koreksi yang terjadi dua hari terakhir, karena pelaku pasar ambil untung (profit taking) setelah harga naik cukup signifikan di awal pekan. "Harga saat ini sudah melewati harga wajar CPO untuk tahun ini," ujarnya. 

Secara teknikal, kata Zulfirman, harga cenderung sideways. Harga terperangkap diantara MA 100 dan 200. Lalu, stochastic berada di level 73%, dan RSI di 56%. Kedua indikator menunjukkan arah turun.

Prediksi Zulfirman dan Dian, hingga akhir pekan ini  harga CPO bergulir antara RM 2.200-RM 2.300 per MT.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


TERBARU

[X]
×