kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   2.000   0,13%
  • USD/IDR 16.140   100,00   0,62%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Musim gugur harga komoditas


Rabu, 05 November 2014 / 10:38 WIB
Musim gugur harga komoditas
ILUSTRASI. Jus wortel dan tomat bermanfaat menutrisi dan mencerahkan kulit wajah.


Reporter: Dina Farisah, Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Tahun ini menjadi masa suram bagi sejumlah  komoditas. Satu persatu harga komoditas energi hingga logam justru rontok, saat perekonomian Amerika Serikat (AS) perlahan pulih. 

Pulihnya perekonomian Negeri Paman Sam memicu ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) akan lebih cepat. Efeknya, nilai tukar dollar AS melesat dan berimbas negatif bagi harga komoditas. 
Di sisi lain, permintaan komoditas dari kawasan Eropa maupun Asia masih lesu. Berikut review pergerakan harga sejumlah komoditas yang harganya jeblok hingga periode Oktober 2014.

Emas
Logam mulia mengawali tahun 2014 dengan cukup baik. Sepanjang kuartal I, harga emas bergerak naik. Bahkan, pada 14 Maret lalu sempat mengukir harga tertinggi tahun 2014, yaitu di level US$ 1.380, 5 per troi ons. Artinya, emas melesat 14,5% dibandingkan harga penutupan akhir tahun lalu.

Kala itu, kenaikan harga emas tersulut konflik antara Ukraina dan Rusia, serta konflik di kawasan Timur Tengah. Situasi ini memicu pelaku pasar mengalihkan aset pada komoditas safe haven, emas.  

Sayang, pergerakan harga emas mulai melandai memasuki kuartal II. Kecenderungan penurunan harga terus berlanjut hingga akhir Oktober. Per 31 Oktober 2014, harga emas bahkan jatuh ke level terendah sejak 2010, yaitu di US$ 1.171,6 per ons troi. Ini sudah di bawah harga penutupan tahun lalu. Secara year to date (ytd), emas sudah tergerus  sekitar 2,8%.  

Tonny Mariano, Analis PT Harvest International Futures, melihat, pemicu koreksi harga emas adalah mencuatnya sinyal kenaikan suku bunga AS di tengah pemulihan ekonomi Negeri Paman Sam. Salah satu indikator yang dicermati The Fed adalah bursa tenaga kerja AS yang terus membaik. "Ini membuat dollar berjaya, sehingga memudarkan pamor emas," ungkapnya.

Tonny menduga, hingga akhir tahun ini, emas masih berpotensi terus turun. Pasalnya, dollar AS akan semakin kuat. Sementara, permintaan emas fisik dari Eropa dan India juga tampak lesu. 

Prediksinya, hingga akhir tahun ini, emas akan bergulir dalam kisaran US$ 1.000-US$ 1.300 per ons troi. Nah, jika level  US$ 1.190 per ons troi tembus pada akhir tahun ini, tak menutup kemungkinan harga emas bisa menuju ke bawah  US$ 1.000 per ons troi pada tahun depan. "Tapi, ada juga sedikit peluang bagi emas untuk naik, apabila pasar pesimistis dengan pelambatan ekonomi Eropa, China dan Jepang," ujar Tonny.

Kemarin (4/11) pukul 18.00 WIB, emas pengiriman Desember 2014 di Commodity Exchange (Comex) turun ke US$ 1.165,5 per troi ons.    

Minyak mentah
Di awal tahun, harga minyak mentah mendapat sentimen positif berupa penurunan stok minyak. Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, stok hingga pertengahan Januari 2014 turun sebesar 40 juta barel, karena musim dingin ekstrem di AS. 

Selanjutnya harga minyak bergerak fluktuatif. Hingga menjelang akhir kuartal II, harga bahan bakar ini semakin melesat, akibat ketegangan politik di Ukraina  dan Timur Tengah. Bahkan, pada 25 Juni 2014, minyak West texas Intermediate (WTI) bertengger di US$ 102,9 per barel. Ini harga tertinggi sejak 2009.

Guntur Tri Hariyanto, analis Pefindo, mengatakan, setelah ketegangan di Ukraina dan Timur Tengah mereda, harga minyak berbalik arah turun. Apalagi, dari sisi fundamental, pasokan minyak di pasar global pun melimpah. Sementara, permintaan belum pulih, terutama dari China dan Eropa. 

Bahkan, per 31 Oktober 2014, WTI jatuh ke US$ 80,54 per barel. Level terendah sejak 2009. Secara year to date (ytd), harga minyak sudah turun sebesar 13,1%. 

Guntur menduga, harga minyak masih rawan tekanan hingga akhir 2014. Pasalnya, meski suplai berlebih, negara produsen tak kunjung memangkas produksi. "Saat harga sudah di US$ 80 per barel, ini lampu kuning bagi produsen non OPEC," jelasnya.

Kendati demikian, ia bilang, ada harapan harga naik terbatas menjelang musim dingin di kawasan AS dan Eropa. Prediksinya, hingga akhir tahun, harga akan bergerak antara US$ 78-US$ 82 per barel. 

Adapun, prospek harga minyak pada tahun depan diperkirakan lebih negatif ketimbang tahun ini. Isu perlambatan ekonomi global  memicu lesunya permintaan. Proyeksi Guntur, tahun depan, minyak WTI akan berada di kisaran  US$ 75-US$ 85 per barel.

Kemarin (4/11) pukul 18.00 WIB, minyak WTI untuk pengiriman Desember 2014 menyentuh US$ 77,60 per barel.

Batubara
Berbeda dengan komoditas lain, harga batubara sudah menunjukkan tren turun sejak awal tahun ini. Penyebabnya, suplai yang melimpah, sementara permintaan di pasar global terus menyusut. 

Ibrahim, analis dan Direktur PT Equilibirium Komoditi Berjangka, bilang, selain pelambatan ekonomi yang terjadi China  dan Eropa, permintaan juga lesu, akibat sejumlah negara mulai beralih pada bahan bakar yang aman bagi lingkungan, seperti gas alam.  

Koreksi harga batubara terus berlanjut setidanya hingga awal kuartal IV-2014. Per 31 Oktober 2014, harganya anjlok di US$ 64,3 per metrik ton. Ini adalah level terendah setidaknya sejak tahun 2009. 

Sepanjang tahun ini hingga akhir Oktober 2014, harga batubara sudah terpangkas 24%.  Bahkan, Senin (3/11), batubara untuk pengiriman Desember di ICE Futures terus turun menuju level US$ 63,15 per metrik ton.

Ibrahim memperkirakan,  harga batubara akan terus tergerus hingga tutup tahun ini. Rusia telah menekan kontrak kerjasama penjualan gas dengan China. Ini akan berdampak besar pada permintaan batubara. Pasalnya, hampir 70% pembangkit listrik di China yang sebelumnya menggunakan batubara perlahan-lahan akan beralih ke gas.

Meski harga batubara terus merosot, namun kata Ibrahim, harga saat ini belum merupakan level terendah batubara. Ia menduga, tahun depan, harganya akan jatuh lebih dalam, karena dollar AS bakal semakin kuat, sehingga melemahkan harga komoditas. 

Prediksi Ibrahim, akhir tahun ini, batubara akan berada di antara US$ 55- US$ 64 per metrik ton. Tahun depan, harganya bisa menuju US$ 45-US$ 70 per metrik ton.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×